Kamis, 20 Februari 2014

Business Plan PMW UNM 2014



a.    Judul Rencana Bisnis
Chimout Photography

            b.   Gambaran Umum Rencana usaha
Usaha ini terinspirasi dari teman kuliah yang kebetulan memiliki studio sendiri yang memunculkan niat untuk menjadi sosok yang lebih mandiri dan berpenghasilan sendiri dengan berwirausaha, Usaha photography pengusul telah berjalan selama satu tahun dengan bermodal sebuah kamera sebagai alat utama, niat untuk menjadi seorang fotografer muncul ketika melihat peluang yang sangat besar ditinjau dari lokasi belum terdapat banyak studio. Usaha photography ini bernama “Chimout Photography”. Usaha ini diusulkan sebagai usaha kelompok karena menggunakan jasa seorang teman yang sekaligus partner kerja. Cara kerja dari usaha ini adalah system order (harga per roll) dengan menghubungi pemilik studio terlebih dahulu dan melalui kesepakan harga, konsumen tinggal memberikan alamat dan waktu pelaksanaan acara atau resepsi yang akan diabadikan gambarnya kemudian setelah proses pengambilan gambar konsumen melakukan transaksi untuk melunasi biaya sesuai kessepakatan dan menunggu hasil foto yang akan diantarkan langsung fotogafer atau pemilik studio setelah semua diselesaikan. Kelebihan dari usaha ini yaitu strategisnya lokasi yang akan dijadikan sebagai studio, disekitar lokasi belum terdapat banyak studio foto, studio yang ada mematok harga yang relatif mahal, harga yang dipasang pengusul lumayan terjangkau dengan kualitas yang tidak kalah dari studio lain, waktu penyelesaian yang tergolong cepat dan pengusul juga bekerja sama dengan perias pengantin sehingga lebih memudahkan untuk mendapatkan pelanggan. Namun seperti halnya kelebihan studio ini juga memliki kekurangan yaitu masih kurangnya peralatan dan belum memiliki studio sendiri (masih menggunakan rumah sebagai studio), sehingga melalui program ini pengusul berharap agar mendapat bantuan dana demi kelancaran usaha yang akan dilakukan.


c.       Produk yang Dihasilkan
Produk yang dihasilkan berupa gambar dalam bentuk file (hasil foto mentah) yang didapat dari hasil potret yang kemudian melalui beberapa proses editing sehingga menghasilkan gambar yang baik dan diselesaikan dengan pencetakan yang akhirnya dikemas dalam bentuk album, Sehingga menghasilkan produk yang menarik.

d.      Waktu dan Tempat Kegiatan
     Pelaksanaan kegiatan dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama adalah pengambilan gambar dan tahap kedua adalah penyelesaian.
   Tahap pengambilan gambar dilakukan dilokasi tempat acara berlangsung. Sebelum melakukan pengambilan gambar ada beberapa yang harus disiapkan yaitu Kamera DSLR dan juga beberapa pose yang harus dikuasai oleh fotografer, waktu pengambilan gambar dilakukan diperkirakan 2 hari, atau sesuai waktu pelaksanaan acara, resepsi, atau tempat-tempat tertentu yang diinginkan konsumen seperti tempat prawedding dan resepsinya.
     Tahap penyelesaian dilakukan dengan mempersiapkan laptop/computer, CD/DVD, label, desain, album, dan pengemasan. Tahap penyelesaian dilakukan di rumah (Studio sementara) dengan melakukan beberapa proses editing pada gambar yang telah diambil yang kemudian diselesaikan menjadi bentuk kolase dan mengubah gambar menjadi lebih menarik. Selanjutnya dilakukan pencetakan gambar yang dicetak sesuai jumlah yang dipesan oleh konsumen lalu dikemas dalam bentuk album dan diserahkan kepada konsumen. waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan foto diperkirakan 3-4 hari . jadi waktu yang diperlukan untuk pengambilan gambar dan penyelesaiannya foto memakan waktu sekitar 1 minggu.

e.       Pelaksana
Ketua               : Yeni Putri Prasetyo
NIM                : 104104035
Jurusan            : Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas          : Ilmu Pendidikan

Anggota          : Hardianti
NIM                : 1115040069
Jurusan            : Pendidikan Geografi
Fakultas          : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

f.       Keunggulan atau Novelty
Dibandingkan dengan studio-studio yang ada, keunggulan dari studio ini adalah Memiliki karya dan hasil foto yang berkualitas, Lokasi yang strategis, harga terjangkau, dan waktu penyelesaian foto yang relative singkat. Peluang dari Studio ini adalah belum terlalu banyak fotografer di daerah sekitar lokasi, dan harga studio pesaing relative mahal.

g.      Modal yang Dibutuhkan:
        Modal untuk produksi :                     
Pembelian Kamera DSLR                             Rp.   7.000.000
        Pembelian Alat Syuting                                Rp.   9.000.000
        Pembelian Mesin Print                                 Rp.   1.500.000
Biaya Penyelesaian foto dan lain-lain           Rp.      500.000   +
        Total dana yang dibutuhkan                    Rp. 18.000.000

h.      Rencana Pemasaran
Pemasaran akan dilakukan melalui promosi karena usaha ini bukan dalam bentuk makanan tapi dalam bentuk tampilan hasil foto sehingga pemasarannya akan tersebar sendiri melalui masyarakat-masyarakat sekitar dan dengan bekerjasama dengan perias pengantin yang cukup terkenal, dan juga melalui media-media social seperti Facebook dan Twitter.

Laporan Praktek Geografi Budaya



LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
MATA KULIAH GEOGRAFI BUDAYA
 KABUPATEN TORAJA
Sabtu-Senin, 21-23 DESEMBER 2013




 




OLEH:

HARDIANTI
1115040069
PENDIDIKAN GEOGRAFI




JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2014







HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktek lapangan mata kuliah “Geografi Budaya” di Tana Toraja yang disusun oleh:
      Nama               : Hardianti
      NIM                : 111 504 0069
      Prodi               : Pendidikan Geografi
Telah diperiksa oleh asisten dan dosen mata kuliah Geografi Budaya dan dinyatakan dapat diterima.

                                                                                             Makassar,   januari 2014

Disetujui Oleh :

   Dosen Penanggung Jawab                                         Asisten Praktek Lapang
Mata Kuliah Geografi Budaya                                 Mata Kuliah Geografi Budaya



Drs. Ibrahim Abbas, M.Si.                                                  Junaedi
NIP. 195612311987021002                                           









KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH  SWT, karena dengan berkah dan Rahmat-Nyalah sehingga kami diberi kesempatan, kemampuan dan kesehatan  untuk menyelasaikan  Laporan Praktek lapang Geografi Budaya.
Upaya penyelesaian Laporan Praktek ini tak luput dari kendala dan bantuan berbagai pihak. Untuk  itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan dan terimah kasih  kepada  :
1.      Bapak Drs. Ibrahim Abbas, M.Si selaku penanggung jawab mata kuliah Geografi Budaya
2.      Ibu Hasrianti Edy, S.si, M.Pd selaku Dosen mata kuliah Geografi Budaya.
3.      Kanda Junaedi, selaku asisten mata kuliah geografi Budaya.
Akhirnya, kami menyadari bahwa dalam Laporan ini masih terdapat kekurangan, olehnya itu, kami selaku penyusun mengharapkan masukan dan kritikan yang sifatnya membangun dan selanjutnya akan menjadi bahan kami kemudian. Semoga Laporan  ini dapat bermanfaat bagi semua pihak  yang terkait, dan semoga semua bantuan dan partisipasi yang diberikan oleh semua pihak mempunyai nilai ibadah yang diberikan oleh semua pihak mempunyai nilai ibadah disisi ALLAH SWT. Amin.
 Makassar,  Januari 2014



    Penulis














DAFTAR ISI
SAMPUL……………………………………………………………………….......
i
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………...
ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….
iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………

BAB I       PENDAHULUAN
A.    Latar belakang……………………………………………………….
B.     Tujuan praktek lapang……………………………………………….
1.   Tujuan instruksional umum
2.   Tujuan instruksional khusus
C.     Manfaat penelitian…………………………………………………...

1
2


2
BAB II      KAJIAN TEORI

BAB III     METODE PELAKSANAAN PRAKTEK LAPANG
A.    Pemilihan lokasi praktek…………………………………………….
B.     Teknik pengumpulan data di lapangan……………………………...
C.     Waktu pelaksanaan praktikum………………………………………

    
BAB IV    HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Gambaran umum lokasi praktikum
B.     Hasil
C.     Pembahasan

BAB V     PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN










BAB I
PENDAHULUAN
           A.    LATAR BELAKANG
Ada banyak kebudayaan di indonesia bahkan terdiri dari ratusan jenis kebudayaan dengan karakteristik yang berbeda. Ditiap daerah bahkan ditiap wilayah budayanya berbeda-beda dari sabang sampai merauke. Indonesia bahkan  dikenal dengan ragam budaya dunia. Baik budaya lama maupun dengan budaya baru. Di indonesia kita kenal dengan berbagai budaya yang unik dan khas masing-masing.
Indonesia dikenal dengan keindahan pantainya. Karena indonesia itu sendiri terdiri dari kepulauan maritim yang seluruh daratannya dikelilingi dengan lautan. Misalnya pantai bali yang terkenal di seluruh penjuru dunia. Tapi kebudayaan yang berada didaratan juga tidak kalah hebatnya seperti bangunan-bangunan bersejarah dan peninggalan nenekmoyang pada masa lampau.
Manusia berasal dari langit, turun ke bumi-kehidupan di bumi-dan kembali lagi ke langit setelah mengalami transformasi. Pandangan ini nampak dalam semua aspek budaya Toraja. Misalnya dalam lagu-lagu duka (badong) narasi bergerak dalam tema ini: manusia lahir dari langit, turun ke bumi dan kembali lagi ke langit (ossoran). Rumah Tongkonan (rumah adat Toraja) dan alang (lumbung padi) didirikan mengikuti arah dari selatan ke utara sampai titik zenit tertinggi atau sebaliknya dari utara ke selatan ke langit tertinggi
Kalau anda berjalan-jalan ke Toraja saat ini, anda akan menemukan bendera putih di depan jalan dekat rumah seseorang dan hal ini dapat ditemukan dari kampung ke kampung. Bendera putih menandakan ada “orang sakit” dalam rumah yang disebut to masaki uluuna (orang yang kepalanya sakit) atau to makula (orang yang sakit panas).
Namun yang dimaksud dengan orang sakit di sini adalah orang mati yang hidup (masih dianggap hidup). Keadaan ini mudah ditemukan karena ada puluhan bahkan ratusan “orang sakit” yang sedang menunggu upacara. Ungkapan-ungkapan ini dan bendera-bendera putih sebenarnya menunjuk pada seseorang yang sudah mati secara biologis tapi dipandang dari sudut budaya Toraja sebagai orang sakit. Ungkapan-ungkapan meteforis tersebut bersifat ambigu. Ia mengandung makna ketakutan akan kekuatan alam gaib, tetapi pada waktu yang sama juga berisi keinginan untuk menguasainya.
Sebagai orang sakit, ia dimasukkan dalam peti sementara dan ditidurkan di kamar tidur ruang selatan rumah Tongkonan yang disebut lumbung. Dia ditidurkan dengan kepala mengarah kepada matahari terbenam dan kaki ke arah matahari terbit, layaknya seperti cara orang hidup tidur.
Karena dianggap masih berada dalam kehidupan, maka tiga kali sehari ia mendapat makanan dan minuman. Yang membawa makanan berkata “bangunlah nenek, makanan dan minuman sudah ada”. Pada siang hari dan terutama malam hari anggota keluarga dan para tetangga berkumpul dan bercerita dalam rumah sambil main domino dan minum kopi supaya tahan begadang. Kalau sudah ngantuk atau lelah, mereka tidur di sekitar “orang sakit” tadi tanpa ada rasa takut.
Sambil menunggu pelaksanaan upacara “orang sakit” dibaringkan di rumah selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun bergantung pada kesediaan keluarga untuk melaksanakan upacara. Ada yang sudah disimpan selama berbulan-bulan bahkan ada yang sampai lebih dari 20 tahun.

           B.     TUJUAN PRAKTEk  LAPANG
1.      Tujuan Intruksional Umum
a.    Memiliki pengetahuan dan sikap positif pada budaya nasional dan suku budaya bangsa yang menopang pertumbuhan budaya nasional.
b.     Memahami peranan kebudayaan dalam membina persatuan dan kesatuan sikap melalui sikap menghargai dan mencintai budaya suku bangsanya sendiri.
2.      Tujuan Intruksional Khusus
a. Dengan melakukan observasi tentang posisi permukiman penduduk di Toraja, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan hubungan kondisi geografis dengan distribusi permukiman di Toraja.
b.  Dengan melakukan wawancara dengan tokoh atau budayawan masyarakat Toraja mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan wujud kebudayaan material dan kebudayaan non material Suku Toraja dalam kaitannya dengan keadaan geografis daerah itu.
c.     Dengan mengamati tempat-tempat yang memiliki bentuk-bentuk kebudayaan dan nilai budaya Suku Toraja, para mahasiswa diharapkan dapat:
1)      Membedakan daerah itu dengan kebudayaan daerah lain serta dapat menarik garis batas dipeta daerah-daerah kebudayaan itu.
2)      Menjelaskan bahwa kebudayaan Toraja lebih tua dari kebudayaan daerah sekitarnya.
d.  Dengan menghadiri dan mencermati upacara pemakaman mayat, mahasiswa dapat menjelaskan tentang lapisan kebudayaan toraja baik secara vertical maupun secara horizontal.
e.   Dengan memeperhatiak nlingkungan alam, perilaku dan perlakuan masyarakat Suku Toraja para mahasiswa diharapkan dapat menjelaskanpengaruh lingkungan alam terhadap:
1)      Perkembangan kebudayaan suku Toraja
2)      Perilaku masyrakat Toraja
f.   Dengan mengunjungi beberapa toko yang menjual hasil kerajinan atau tempat yang memproduksi kerajinan rakyat mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan bahwa:
1)      Perkembangan kebudayaan rakyat itu turut dipengaruhi oloeh lingkungan alam
2)      Masyarakat Toraja adalah masyrakat yang terbuka dari pengaruh kebudayaan lain
g.  Dengan mendatangi pasar hewan Rantepao dan membaur di dalamnya mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi aspek ekonomi dan aspek budaya yang khusus dari pasar hewan itu.
h.   Dengan mendiskusikan hasil observasi,wawancara, pengamatan dari semua obyek yang dikunjungi, mahasiswa diharapkan dapat membuat laporan secar tertulis dengan rapi, baik kelompok maupun kelas.
          C.     Manfaat Praktek Lapangan
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain :
1.      Untuk mengetahui hubungan kondisi geografis dengan distribusi permukiman di Toraja.
2.      Untuk mengetahui menjelaskan wujud kebudayaan material dan kebudayaan non material Suku Toraja dalam kaitannya dengan keadaan geografis daerahnya
3.      Untuk Mengetahui bentuk-bentuk kebudayaan dan nilai budaya Suku Toraja
4.         Untuk mengetahui perkembangan budaya suku toraja dan Prilaku masyarakat Suku Toraja.
5.         Untuk mengetahui keterbukaan masyarakat toraja Terhadap kebudayaan lain yang masuk dari Luar Wilayah Toraja
6.         Untuk mengetahui Jenis mata pencaharian Serta penghasilan dari masyarakat suku Toraja



BAB II
KAJIAN TEORI
1.Definisi Kebudayaan Menurut para Ahli
Berikut ini definisi-definisi kebudayaan yang dikemukakan beberapa ahli:
a.       Edward B. Taylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
b.      M. Jacobs dan B.J. Stern
Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi social, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan warisan social.
c.       Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan relajar.
d.      Dr. K. Kupper
Kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu maupun kelompok.
e.       William H. Haviland
Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat di tarima ole semua masyarakat.
f.       Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
g.      Francis Merill
·   Pola-pola perilaku yang di hasilkan oleh interaksi social.
·   Semua perilaku dan semua produk yang dihasilkan oleh sesorang sebagai anggota suatu masyarakat yang di temukan melalui interaksi simbolis.
h.      Bounded et.al
Kebudayaan adalah sesuatu yang terbentuk oleh pengembangan dan transmisi dari kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu, misalnya simbol bahasa sebagai rangkaian simbol yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya di antara para anggota suatu masyarakat. Pesan-pesan tentang kebudayaan yang di harapkan dapat di temukan di dalam media, pemerintahan, intitusi agama, sistem pendidikan dan semacam itu.
i.        Mitchell (Dictionary of Soriblogy)
Kebudayaan adalah sebagian perulangan keseluruhan tindakan atau aktivitas manusia dan produk yang dihasilkan manusia yang telah memasyarakat secara sosial dan bukan sekedar di alihkan secara genetikal.
j.        Robert H Lowie
Kebudayaan adalah segala sesuatu yang di peroleh individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistic, kebiasaan makan, keahlian yang di peroleh bukan dari kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang di dapat melalui pendidikan formal atau informal.

k.      Arkeolog R. Seokmono
Kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun hanya berupa buah pikiran dan dalam penghidupan.
Kesimpulan Dari berbagai definisi di atas, dapat diperoleh kesimpulan mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide gagasan yang terdapat di dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi social, religi seni dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
2.   Fungsi kebudayaan
Adalah untuk mengatur manusia agar dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap kalau akan berbehubungan dengan orang lain didalam menjalankan hidupnya.
Kebudayaan berfungsi sebagai:
• Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompok
• Wadah untuk menyakurkan perasaan-perasaan dan kehidupan lainnya
• Pembimbing kehidupan manusia
• Pembeda antar manusia dan binatang
3.   Unsur-unsur Kebudayaan
Kebudayaan umat manusia mempunyai unsur-unsur yang bersifat universal. Unsur-unsur kebudayaan tersebut dianggap universal karena dapat ditemukan pada semua kebudayaan bangsa-bangsa di dunia.
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau
unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
Menurut Koentjaraningrat ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu:
a.       Sistem religi yang meliputi:
·         sistem kepercayaan
·         sistem nilai dan pandangan hidup
·         komunikasi keagamaan
·         upacara keagamaan
b. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi:
·         System kekerabatan
·         Organisasi politik
·         System hokum
·         System perkawinan
·         asosiasi dan perkumpulan
·         sistem kenegaraan
·         sistem kesatuan hidup
·         perkumpulan
c. Sistem pengetahuan meliputi pengetahuan tentang:
·         flora dan fauna
·         waktu, ruang dan bilangan
·         tubuh manusia dan perilaku antar sesama manusia
d. Bahasa yaitu alat untuk berkomunikasi berbentuk:
·         lisan
·         tulisan
e. Kesenian yang meliputi:
·         seni patung/pahat
·         seni rupa
·         seni gerak
·         relief
·         lukis dan gambar
·         rias
·         vokal
·         musik/seni suara
·         bangunan
·         kesusastraan
·         drama
f. Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi yang meliputi:
·         berburu dan mengumpulkan makanan
·         bercocok tanam
·         peternakan
·         perikanan
·         system produksi
·         system distribusi
·         perdagangan
g. Sistem peralatan hidup atau teknologi yang meliputi:
·         Alat-alat produksi, distribusi, transportasi
·         peralatan komunikasi
·         peralatan konsumsi dalam bentuk wadah
·         pakaian dan perhiasan
·         tempat berlindung dan perumahan
·         alat-alat rumah tangga
·         senjata
Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
·         alat-alat teknologi
·         sistem ekonomi
·         keluarga
·         kekuasaan politik



Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
·         sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
·         organisasi ekonomi
·         alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
·         organisasi kekuatan (politik)

B.     Lingkup dan Kawasan Kebudayaan
Kebudayaan mempunyai lingkup yang cukup luas, meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Kebudayaan muncul dan berkembang sejak manusia hidup berkomunikasi, karena manusialah yang menciptakan, memproses dan mengembangkannya. Kebudayaan muncul sebagai proses, karena manusia membutuhkan untuk memenuhi tujuan hidupnya.
Menurut Koentjaraningrat (1980) istilah kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “Budhaya”, bentuk jamak dari “Budhi atau akal”, sehingga diartikan daya dari budi. Berarti berupa cipta, karsa dan rasa. Jadi kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa dan karsa.
Berdasarkan beberapa istilah yang berkaitan dengan budaya atau kebudayaan seperti; culture (adab. Kesopanan, pemeliharaan), costum (adat, kebiasaan), civilization (peradaban), cultivate (mengolah, mengusahakan) dan cultural (kebudayaan).
Mengakar pada kosakata di atas, dikutip beberapa wawasan kebudayaan dari pendapat para ahli misalnya; Taylor (dalam Munandar, 1998 dan Machfud, 1998) mengungkap, “Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang kompleks berupa, kepercayaan, seni, moral, hokum, adat kebiasaan dan segala kemampuan serta kebiasaan yang diperoleh sebagai anggota masyarakat”
Mencermati wawasan tersebut diklarifikasi makna kebudayaan, menurut Taylor kebudayaan memuat beberapa aspek kebutuhan berupa aturan, kebiasaan dan naluri makhluk pribadi, serba kompleks mencakup; kepercayan berkaitan dengan hal bersifat gaib (religi/agama), adat-istiadat, hokum untuk mengatur bertingkah laku.
Manusia memiliki naluri seni untuk mengekspresikan kebebasannya merasa senang, nyaman dan indah, serta kebiasaan untuk bertingkah laku kesemuanya diperoleh melalui proses belajar.
Demikian juga Kluckhohm merangkum pengertian “Kebudayaan sebagai keseluruhan cara hidup yang diperoleh dari kelompoknya”. Pemahaman lebih praktis yang dikemukakan oleh Joseph Eilers disebutkan “Kebudayan sebagai desain pola hidup dijadikannya acuan dan perencanaan yang diadaptasikan dalam kehidupan”.
Mencermati istilah-istilah kebudayaan di atas, disimpulkan bahwa kebudayaan adalah seperangkap pola hidup untuk mengatur berbagai aspek kehidupan individu dan masyarakat dalam menata hidup sehari-hari maupun diproyeksikan jangkauannya jauh ke depan.
C.    Kerangka Kebudayaan
1.      Unsur-unsur Kebudayaan
Luasnya wawasan kebudayaan, sehingga unsur-unsurnya meliputi seluruh kawasan di permukaan bumi. Baik yang masih primitive, kecil maupun yang kompleks (modern) dengan linkage (jaringan saling terkait) yang luas. Berkaitan hasil kerja keras para ahli antropologi meneksperisikan banyak konsep-konsep kebudayaan termasuk B. Malinowski yang banyak merumuskan tujuh unsure kebudayaan yaitu;
a.    System aneka ragam bahasa
b.   System teknologi dari yang sederhana ke canggih
c.    Organisasi social
d.   System pengetahuan
e.    System mata pencaharian
f.    System relegi (kepercayaan keagamaan)
g.   System kesenian
Sejumlah unsur-unsur kebudayaan yang dikatakan di atas dapat dibuat suatu skema bagan berupa lingkaran berlapis tiga. Bagan tersebut menggambarkan bahwa keberadaan kebudayaan yang diciptakan manusia bersifat dinamis (bergerak terus menuju suatu perubahan dan perkembangan). Kerangka analisisnya adalah lingkaran yang paling dalam menggambarkan sebagian inti kebudayaan bersifat abstrak (meliputi ide-ide, konsep-konsep dan gagasan-gagasan). Lapisan kedua menafsirkan sebagai system social berupa hubungan social yang disebut system social kemasyarakatan. Sifatnya dapat diamati sebagai perilaku interaksi terhadap sesamanya. Lingkaran ketiga merupakan kebudayaan fisik (berupa materi) dan kalau ditafsirkan ke dalam pemaknaannya hasil karya manusia melalui hasil rekayasa teknologi (seperti bangunan, perkakas, computer, kapal terbang).
Bagan kebudayaan dikutip dari Koentjaraningrat (dalam Munandar, 1987) sebagai berikut:


 








2.      Wujud Kebudayaan
Setelah diformulasi dan dianalisis dari unsur-unsur kebudayaan yang dikontruksi secara sederhana dalam bagan lingkaran, maka wujud kebudayaan secara berurut dapat diilustrasikan ke dalam tiga lapisan lingkaran mulai dari paling dalam (inti), lingkaran kedua samapai pada lingkaran terluar yang uraiannya sebagai berikut:
a.    Sistem budaya bersifat abstrak berupa kompleksitas, ideology, gagasan, konsep, ide-ide sebagai hasil pikiran manusia. Wujud ini disebut system budaya abstrak, karena tidak dapat dilihat oleh mata. Eksistensinya berada di otak manusia yang menganutnya. Diistilahkan sebagai system budaya, karena gagasan pikiran tersebut tidak terlepas sebagai kepingan aspeknya, tetapi menyatu dan saling berkaitan sebagai satu system berupa satu jaringan mata rantai (linkage sistem) sehingga menjadi satu system gagasan dan pikiran mapan dan kontinyu.
b.     Wujud berupa system social, merupakan kompleksitas berupa aktifitas yang saling bersosialisasi dan berakulturasi, karena aktifitas manusia, sehingga konfigurasinya dapat diobservasi. System social ini tidak dapat dipisahkan dari system budaya, karena wujud ini terlaksana berkat muara aliran dari hasil system budaya berupa hasil pikiran dan gagasan, sehingga manusia beraktifitas, baik sebagai individu maupun komunal. Pola-pola aktifitas tersebut ditentukan dan ditata oleh gagasan dan ide-ide yang ada di dalam otak manusia.
c.    Wujud kebudayaan berupa materi, manusia beraktifitas untuk menciptakan hasil karyanya berupa materi tidak terlepas dari aktifitasnya menggunakan peralatan sebagai hasil karyanya sendiri, dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhannya, baik peralatan yang masih sederhana maupun yang berteknologi canggih. Hasil karya manusia yang diperoleh melalui bantuan sendiri dengan tujuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan primer maupun sekundernya berupa benda disebut kebudayaan fisik. 

3.      Sistem Kebudayaan
Sistem budaya merupakan wujud kebudayaan yang bersifat abstrak. Cultural system ini, merupakan ide-ide dan gagasan manusia yang dipakai hidup dalam masyarakat. Gagasan-gagasan tersebut merupakan satu kesatuan dari rangkaian yang lainnya yang sudah mapan yang menjadi prinsip hidup komunikasi yang mendukungnya, sehingga disebut sistem budaya. Oleh karena itu, sistem budaya termasuk bagian dari kebudayaan, karena terdiri pula atas adat-istiadat, norma-norma sebagai sistem nilai budaya, kesemuanya dapat membentuk pranata-pranata social di dalam masyarakat bersangkutan.
            Fungsi sistem budaya untuk menata tingkah laku manusia. Proses belajar dari sistem budaya dilakukan melalui pembudayaan (institution atau pelembagaan). Dalam proses pelembangaan seseorang belajar dan mengadakan penyesuaian terhadap segala sistem norma dimulai dari aspek yang kecil sampai kepada aspek totalitasnya untuk kemapaan.
D.    Metodologi Penelitian Budaya
Untuk meneliti tentang budaya komunitas tertentu sejak dulu sudah banyak cara yang digunakan orang pada awal diperkenalkan salah satu objek penelitian budaya disebut etnografi yang didiskripsikan sebagai kebudayaan pada masyarakat primitif yang dikerjakan oleh para antropolog Eropa dan Amerika Utara.
Dalam meneliti kebudayaan masyarakat sejak dulu sampai berkembang dengan menggunakan cara-cara secara ilmiah, maka berlangsunglah penelitian budaya dan menemukan berbagai karakteristik budaya para pemerhati saat itu. Adapun cara-cara yang ditempuh antara lain;
1.   Metode eksploratif. Metode ini pada mulanya dilakukan sambil lalu, karena munculnya etnografi hanya dilakukan oleh para missionaries, pedagang dan penjelajah yang memunculkan laporan kebudayaan asing yang aneh-aneh. Hasil temuannya diperoleh sesuai dengan apa yang dilihat dan yang didengar tanpa menggunakan metode observasi yang cermat. Sehingga hasil temuannya itu dianggap sebagai hasil temuan yang amatiran atau tidak profesional (amen on the spot).
Hasil temuan penelitian budaya seperti ini bersifat deskriptif yang menggambarkan hasil temuan apa adanya, tidak berlandaskan dengan teori dan tanpa menarik kesimpulan.
2.   Metode verifikasi. Episode yang kedua oleh Frans Boas bersama mahasiswanya melakukan kegiatan penelitiannya secara berencana dengan menggunakan pendekatan verifikasi yang sudah dibekali teori untuk diuji kebenarannya. Kegiatan penemuan budaya seperti ini sudah menggunakan teknik observasi di lapangan. Namun belum tinggal di lapangan dengan waktu yang cukup lama bersama komunitas yang ditelitinya, sehingga tidak mempelajari bahasa masyarakat setempat yang ditelitinya. Tetapi dalam kegiatannya sudah dapat menguji teori mereka pergunakan sebagai acuan dalam penelitiannya.
3.   Metode grounded research. Model penelitian ini dilakukan dimana penelitian tidak menggunakan teori sebagai acuan untuk mengumpulkan data dan analisis data. Seorang peneliti tinggal di lokasi bersama komunitas yang menjadi obyek studinya. Mereka beradaptasi dengan masyarakat, belajar bahasa setempat dan adat-istiadat mereka.
Untuk mengumpulkan data teknik andalannya partisipatori, observasi dan wawancara mendalam. Peneliti mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dan merevisi data yang tidak digunakan dan yang diperlukan tetap dikembangkan. Dalam analisis datanya akan menghasilkan teori. Jadi metode penelitian grounded research adalah bertolak dari data, data yang terkumpulkan diolah/analisis dan hasil analisis data secara kualitatif menciptakan teori baru.







Right Arrow: Data dikumpulkan







 




Penelitian partisipatori dan observasi dianggap paling berjasa dalam penelitian kebudayaan adalah Malinowski. Dalam hal ini Malinowski yang dipandang sebagai avant garde (pelopor) atau dianggap sebagai pioneer fieldwork antropologi modern dengan melakukan partisipasi observasi dan juga sebagai penemu antropologi social modern. 
E.     Transmisi dan Transfortasi Budaya
Terjadinya segmentasi disharmonis antara budaya barat dan timur disebabkan paradox berpikir dan persepsi antara keduanya yang saling berpersepsi dari segi negative dalam sikap streotipe dan prasangka satu sama lain, menyebabkan pola piker dan persepsi tidak akan terakulturasi.
Konsep paradoksal yang timbul dalam pikiran Barat tentang karakteristik budaya mencirikan budaya Barat bersifat; materialism, rasionalisme,dan  sekularisme. Sedangkan masyarakat timur diidentifisi sebagai masyarakat yang berkarakter budaya; kemiskinan, kebodohan, statisme, fatalism dan kontemplasi.  Akibatnya kedua pandangan tersebut selalu konflik sahadah nyata dan laten.
Untuk membuktikan bahwa apakah terjadi benturan-benturan pemikiran budaya antara Barat dan Timur untuk perlu ditelusuri.
1.   Karakteristik Budaya Barat
Pandangan Barat dalam menilai dunia sahadah cenderung bersifat obyektif, sehingga pola pikirannya menghasilkan sains dan teknologi. Filsafat Barat telah dimanifestasikan dalam konstalasi dan tata rasio. Olehnya itu pengetahuannya mempunyai landasan filosofis yang bersifat empiris kuat, nilai-nilai spiritual adan agama dikesampingkan.
Dalam proses perkembangannya sampai sekarang dunia Barat unggul dalam menguasai dunia materi dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologinya. Sebaliknya pandangan filsafat tradisional dan agama kecenderungan mengalami setback (kemunduran).
Masyarakat Barat menurut (Marylin dan Richard, 1987) dalam cara berpikirnya cenderung pada kemajuan materi dan hidup duniawi, sehingga lebih relevan untuk memaknai kehidupan di dunia saja. Barat hidup dalam alam ilmiah dan teknis, maka pemahaman falsafah tradisional dan agama semakin jauh dari makna kehidupannya, karena dianggap tidak terkait dengan kehidupan nyata.
Agama dipandang sebagai ide-ide, konsep-konsep yang sifatnya abstrak, sehingga orang Barat bersifat rasional dan positifisme. Semua yang tidak bersifat rasional diserahkan kepada sastrawan sebagai imajinasi hidup. Oleh karena itu ada tiga hal yang mendasari nilai kehidupan Barat yaitu; martabat manusia, kebebasan dan teknologi.
Menurut pemikir Barat manusia adalah segalanya, karena mampu menyempurnakan hidupnya sendiri dengan syarat bertolak pada  rasio, intelek dan pengalaman (Dorothy L. Max, 1983). Falsafah pemikir seperti itu menurut sejarah berasal dari falsafah Protogoras (480-411 SM). Protogoraslah dianggap pertama kali mengembangkan falsafah bahwa manusia adalah segalanya, sehingga boleh dikatakan dia bapak humanism, kemudian berkembang di Barat. Dalam tradisi humanis setiap manusia harus memilikiuntuk dirinya kebenaran dan kebaikan. Akibatnya gerakan sekularisme semakin berkembang diberbagai aspek kehidupan, termasuk estetika, moral dan agama. Ajaran ini kemudian dilanjutkan oleh Comte dan Feuerbach pada abad ke-18 dengan bersumber dari  filsafat positivisme. Mereka berpendapat bahwa manusia adalah segalanya, karena martabatnya.
Manusia tidak ternilai oleh materi, sehingga eksistensinya perlu memperoleh respek, bantuan dan hormat. Oleh pandangan Barat manusia dinilainya sebagai subyek, disebabkan memiliki kemampuan  rasional, kreatif, estetik, sehingga kebudayaan Barat menghasilkan nilai-nilai dasar seperti;  demokrasi, lembaga social dan kesejahteraan ekonomi.  Maka manusia harus mendapat segalanya yang berwujud kemajuan materi dan kesejahteraan, bukan kebijakan hati nuraninya.
2.   Karakteristik Budaya Timur
Umumnya manusia Timur menghayati hidup dan seluruh eksistensinya. Manusia timur berfikir tidak bertujuan untuk menunjang usaha menguasai dunia dan hidup secara teknis. Sebab manusia timur lebih menyukai intuisi daripada akal budinya. Inti kepribadiannya tidak terletak pada inteleknya tetapi di hatinya, sehingga menyatukan akal budinya/intelek dengan intuisi, perasaan dan hati nuraninya.
Budaya timur pada prinsipnya bermuara dari ajaran-ajaran agama yang tumbuh dan berkembang di dunia timur. Cara berfikir manusia timur dimodifikasi oleh falsafah agama seperti Hindu dan Budha, menyebabkan manusia membuat kebijakan bersifat kontempilasi, tertuju pada tinjauan kebenaran. Berfikir kontemplasi dipandang puncak perkembangan rohaniahnya.
Falsafah budaya timur berusaha mencari keharmonisan dengan alam bukan untuk menguasainya, karena falsafah beranggapan bahwa merekaadalah bagian dari alam, sehingga tidak berhak untuk merusak alam. Alamlah yang member kehidupan, kebutuhan hidup, makanan, bahan untuk seni dan sain.
Keinginan memperoleh hikmah keselamatan dan kebebasan diri dari penderitaan tidak hanya ditekankan pada kemampuan sendiri, tetapi diserahkan juga kepada kekuatan yang ada di luar dirinya yang disebut kekuatan maha gaib, sehingga membentuk kepribadiannya. Untuk mencapainya dilakukannya melalui meditasi, tarekat dan mistik.
Mencari ilmu tidak hanya menambah keceerdasan, tetapi mencari kebijaksanaan. Dalam menghadapi kenyataan orang timur memadukan pengetahuan intelektualnya dengan intusis pemikiran yang konkrit, simbolik dan kebijaksanaan. Menurut (Alfian, 1985) ada tiga sikap menghadapi tantangan kebudayaan barat yaitu:
a.    Sikap reaksi yang sama sekali menolak kebudayaan barat. Sikap ini menganggap bahwa kebudayaan barat hanya melahirkan manusia materialism yang rakus dan kejam dan menganggap kebudayaan timur yang lebih manusiawi.
b.   Sikap reaksi yang berusaha melihat adanya benturan antara kebudayaan barat dan timur secara kritis. Secara obyektif melihat masing-masing adanya kelemahan antara keduanya. Karenanya, perlu ada jarak antara keduanya untuk tidak saling mengotori. Untuk memadukannya perlu ada seleksi yang mana unsure budaya barat yang dapat menunjang kepentingan kebudayaan timur. Mana dapat masuk sendi-sendi kehidupan masyarakat dalam konteks budaya nasional.
c.    Reaksi yang menerima secara totalitas kebudayaan barat. Sikap seperti ini menganggap bahwa kebudayaan timur sudah tidak relevan lagi untuk menghadapi tantangan yang berkembang sekarang. Hanya kebudayaan barat yang unggul dan mampu untuk melahirkan manusia yang berkualitas.




BAB III
METODE PELAKSANAANPRAKTEK LAPANG
A.       Pemilihan Daerah Praktikum
Tana Toraja merupakan sebuah kawasan wisata yang terkenal dengan kebudayaannya, kebudayaan yang paling terkenal di daerah ini ialah acara pemakaman, tentunya acara pemakaman yang dilakukan didaerah ini berbeda dengan acara kematian yang dilakukan oleh masyarakat umum yang ada di suatu daerah.
Sesuatu yang terlihat jelas dari perbedaan acara pemakaman Tana Toraja dengan daerah lain yaitu dari segi biaya yang dipakai dalam acara ini, dimana masyarakat Tana Toraja mengeluarkan uang ratusan juta rupiah untuk biaya pemakaman masyarakat Tana Toraja. Dengan adanya perbedaaan dan kebudayaan khas tersendiri yang dimiliki oleh Tana Toraja maka lokasi ini sangat tepat untuk melakukan sebuah praktek lapang dengan maksud mengetahui kebudayaan-kebudayaan yang ada didaerah ini.
B.     Pengumpulan dan Pengamatan Data di Lapangan
Tekhnik pengumpulan data yaitu dengan mendatangi objek-objek wisata yang ada kemudian melakukan wawancara dengan masyarakat umum yang berdiam dilokasi tersebut, dan pemberian arahan atau gambaran lokasi dari dosen dan asisten pembimbing.
C.    Waktu Pelakasanaan Praktikum
Adapun waktu pelaksanaan praktikum ini, yaitu pada tanggal 9-11 Januari 2014



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIKUM
Kabupaten Tana Toraja merupakan salah satu dari 23 kabupaten yang ada di propinsi Sulawesi Selatan yang terletak diantara 2º20´ LS sampai 3º30´ LS dan 119º30´ BT sampai 120º10´ BT. "Ibukota" Tator yakni kota kecil Rantepao adalah kota yang dingin dan nyaman, dibelah oleh satu sungai terbesar di Sulsel yakni sungai Saddang, sungai inilah yang memberikan tenaga pembangkit listrik untuk menyalakan seluruh Makasar. Secara Sosio linguistik, bahasa Toraja disebut bahasa Tae oleh Van Der Venn. Ahli bahasa lain seperti Adriani dan Kruyt menyebutnya sebagai bahasa  Sa'dan. Bahasa ini terdiri dari beberapa dialek, seperti dialek Tallulembangna (Makale), dialek Kesu (Rantepao), dialek Mappapana (Toraja Barat).
Batas-batas Kabupaten Tana Toraja adalah:
Sebelah Utara  : Kabupaten Toraja Utara
Sebelah Timur : Kabupaten Luwu     
Sebelah Selatan           : Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Pinrang
Sebelah Barat  : Kabupaten Polmas
Luas wilayah Kabupaten Tana Toraja tercatat 3.205,77 km² atau sekitar 5% dari luas propinsi Sulawesi Selatan, yang meliputi 15 (lima belas) kecamatan. Jumlah penduduk pada tahun 2001 berjumlah 404.689 jiwa yang terdiri dari 209.900 jiwa laki-laki dan 199.789 jiwa perempuan dengan kepadatan rata-rata penduduk 126 jiwa/km² dan laju pertumbuhan penduduk rata-rata berkisar 2,68% pertahun.
Tana Toraja beriklim tropis. Musim hujan terjadi pada bulan Oktober - Maret sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan April - September. Perubahan iklim dunia dan pengaruh pemanasan global sedikit mempengaruhi pola iklim di Tana Toraja dalam satu dekade terakhir, namun pola dan masa tanam padi yang hampir seluruhnya mengandalkan air hujan tetap belum berubah. Curah hujan tertinggi biasanya terjadi pada Desember hingga Januari.Curah hujan di Toraja berkisar antara 30-50 mm/bulan.Terdapat juga daerah yang hampir selalu terselimuti kabut sepanjang hari di perbatasan dengan daerah Teluk Bone.
Keadaan geologi Kabupaten Tana Toraja lebih banyak dipengaruhi oleh formasi batuan dari gunung Latimojong yang mencakup luas wilayah sekitar 1.565,69 ha atau 48,84%.Sekitar 80% tanah di Tana Toraja merupakan lahan kritis. Terdiri dari jenis bebatuan soprin coklat kemerah-merahan, soprin napalan abu-abu, batu gamping, dan batu pasir kwarsit serta gradorir dan lain sebagainya. Jenis tanah berupa tanah alluvial kelabu, brown forest, mediteran, dan Podzolit merah kuning.
B.     HASIL
Praktek lapang lapang di toraja yaitu:
1.      Kete’ kesu
Gambar 4..1
Ke'te' Kesu' adalah objek wisata yang terletak dikampung Bonoran yang berjarak 4 km dari Kota Rantepao, telah ditetapkan sebagai salah satu Cagar Budaya yang perlu dilestarikan/ dilindungi. Objek wisata ini sangat menarik, oleh karena memiliki suatu kompleks perumahan adat Toraja yang masih asli, yang terdiri dari beberapa Tongkonan, lengkap dengan Alang Sura' (lumbung padinya). Objek wisata ini dilengkapi pula dengan areal upacara pemakaman (rante), kuburan (liang) purba dan makam-makam modern, namun tetap berbentuk motif khas Toraja, pemukiman, perkebunan dan persawahan Sekaligus para pengunjung dapat menyaksikan seni ukir Toraja di lokasi ini.
Setiap tongkonan  dilengkapi dengan alang dan liang. Tongkonan dibangun menghadap ke utara untuk mengingat tempat kedatangan nenek moyang yang berasal dari laut cina. Alang dibangun menghadap keselatan yaitu menghadapi tongkonan, alang berhadapan langsung dengn tongkonan dianggap sebagai lambang kemakmuran yaitu lumbung padi. Sedangkan liang berada dibelakang tongkonan. Liang dianggap sebagai pesatuan masyarakat Tana toraja yang sudah meninggal. Di sekitar tongkonan/ liang terdapat bamboo karena bamboo merupakan hal pokok dalam pembuatan tongkonan maupun upacara-upacara yang lain
Sekitar 100 meter di belakang perkampungan ini terdapat situs pekuburan tebing berupa liang dengan kuburan bergantung, dan tau-tau dalam bangunan batu yang diberi pagar. Tau-tau ini memperlihatkan penampilan pemiliknya sehari-hari. Perkampungan ini juga dikenal dengan keahlian seni ukir yang dimiliki oleh penduduknya dan sekaligus sebagai tempat yang bagus untuk berbelanja souvenir.
2.      Londa (perkuburan Alam)
Gambar 4..2
Londa merupakan salah satu objek wisata yang di kenal dengan perkuburan alamnya.  Londa  merupakan daerah  pemakaman dari bebatuan kapur.  Pemakaman masyarakat dilakukan dengan memasukkan peti-peti mayat ke dalam gua.
Perkuburan alam ini memiliki tiga tingkatan yaitu pertama di dalam gua/ dasar gua untuk penguburan masyarakatdengan strata bawah,  strata menengah  di bagian tengah dinding tebing karst, dan untuk bangsawan di bagian tertinggi
Cara peletakan Erong yang ada di atas ini dilakukan dengan memanjat tebing. Semakin di atas posisi Erong, semakin menunjukkan derajat seseorang. Biasanya Erong yang diletakkan di atas itu merupakan milik bangsawan. Kaya atau miskin orang Toraja baru bisa dinilai saat sudah meninggal dunia. Umumnya orang yang kaya akan memotong kerbau dalam jumlah yang cukup banyak. Selain itu dalam proses penguburannya akan menggunakan keranda yang berbentuk Tongkonan. Sementara bagi yang miskin biasanya keranda yang digunakan hanya terbuat dari bambu yang disusun saja. Saat masih hidup, paling mudah melihat kaya atau miskinnya orang Toraja adalah dari rumahnya. Konon yang sudah memiliki Tongkonan merupakan bangsawan.
3.      Lemo (liang pa’)
Gambar 4.3 liang pa’
Liang pa’ mulai ada diToraja sejak ditemukannya bbesi. Sepanjang perjalanan terdapat berbagai singkapan batuan (batuan beku) , singkapan batuan tersebut sebagian besar digunakan untuk pemakaman orang-orang yang meninggal di sekitar daerah tersebut. Batu tersebut dipahat agar dapat di tempati jenazah, dan setiap pahatan yang dibuat memiliki ukuran lubang yang besar karena biasanya ditempati oleh satu keturunan.
Tinggi rendahnya posisi liang pa’ menandakan tingginnyua strata pemilik liang tersebut. Penganut asli aluk tudolok tidak menggunakan tanda salib di liangnya. Pada liang pa’ jugadi temukan tau-tau.   Dalam kunjungan aru. Menurut kami pada tanggal 22 desember  ditemukan tau-tauyang menggunakan pakaian baru. Menurut masyarakat keluarga boleh mengganti  pakaian tau-tau dengan pakaian baru dengan syarat  dan upacara khusus.
4.      Museum BT kalando
Sejarah tentang toraja dapat diperleh di museum BT. Kalando. Museum BT. Kalando didirikan oleh puang samboligi. Di museum tersebut terdapat benda-benda mitos dan bersejarah.  Salah satu benda bersejarah di temppat tersebut adalah  biji mangga sebesar batok kelapa. Pemilik biji mangga tersebut adalahlaki padada, salah satu tokoh yang menjadi symbol kabupaten toraja. Patung laki padada ini terdapat di kota Makale.
Gambar 4.4

Sejarah hidup Laki Padada hingga di jadikan tokoh kab. Toraja yaitu:
a)      Keris patah
Filosofi tentang laki padada “dalam hidupnya bercita-cita hidup untuk tidak mati”. Untuk memenuhi ambisinya dia menerima wahyu untuk bertapa  selama 7 hari 7 malam tanpa tidur. Dalam pertapaannya tersebut dia ditemani sebilah keris.  Setelah menyelesaikan  tantangan tersebut laki padada menuntut haknya, lalu pemberi wahyu  meminta laki padadauntuk mencabut kerisnya. Ketika laki padada mencabut kerisnya ternyata kerisnya patah . maka tidak di terimalah pertapaan laki padada dengan alasan keris tersebut dipatahkan ketika laki padada tertidur
b)      Batok mangga raksasa
Kemudian setelah kejadian tersebut  laki padada menjelajah  ke Tanjibar dan menemukan sebuah mangga berbiji besar dan berniat untuk menanamnya di kampungnya. Dari sinilah sejarah asal usul batok mangga yang besar tersebut
c)       Kerbau Putih “Tedong buleng”
Dalam perjalanannya  ke suatu  tempat (mencari ujung dunia) laki Padada ingin menyeberangi sebuah sungai. Pada sungai tersebut terdapat buaya. Setelah menunggu beberapa hari air sungai tersebut tak kunjung surut. Maka datanglah  kerbau putih untuk  menawarkan dirinya. Akhirnya laki padada pun mampu menyeberangi sungai tersebut. Sejak saat itu laki padada berjanji untuk tidak mengurbankan tedong bukeng pada setiap acaranya.
d)      Raja-raja  di Sulawesi
Dalam perjalanannya mencari ujung dunia laki padada  sakit dan di bawa burung ke Gowa.  Ketika di temukan oleh pemuka di Gowa  laki padada diberi makan menggunakan  piring anjing, namun laki padada menolak untuk memakannya. Kemudian laki  padada di beri makan menggunakan piring  kucing, laki padada tetap menolak. Selanjutnya pemuka itu memberinyamakan menggunakan piring pembantu tapi tetap saja laki padada menolak. Akhirnya raja memutuskan untuk memberinya makan dengan menggunakan piringnya, dan laki padada pun  memakan makanan tersebut. Ia pun berkesimpulan  bahwa orang yang baru ditemukannya itu bukanlah orang sembarangan.  Dan di bawanyalah laki padada ke singgasananya.
Pada saat laki padada datang istri pemuka itu sedang hamil. Dan ketika akan melahirkan  istrinya mengalami kendala. Pemuka itu meminta bantuan laki padada. Laki padada siap untuk membantu  dengan mengajukan syarat, jika anaknya laki-laki di jadikan saudaranya, dan jika perempuan di jadikan istrinya. Raja pun mengiyakan permintaannya.
Ketika anak raja tumbuh dewasa dan cantik raja tersebut merasa enggan  menjodohkan putrinya dengan laki padada yang jelek.  Raja pun mengajukan pra syarat pernikahan
a)      Cangkul
b)      Wijen
c)      Jawawit
Dengan terpenuhinya pra syarat sebelum menikah yang di ajukan sang raja maka tidak ada lagi  cara untuk membantah lamaran laki padada. Mereka pun akirnya menikah dan dikaruniai 4 orang anak. Anak mereka itulah yang akhirnya menjadi penguasa di Sulawesi. Hal ini dibuktikan dengan warisan khas  yang di miliki  raja-raja yang berkuasa tersebut.
a)      Mangasak singala (toraja)
b)      Pattila merang di gowa
c)      Payung luwu
d)      Mangkai ribone
Dari cerita inilah sehigga di simpulkan  bahwamakna kata Toraja (Tau Raja) yang bermakna asal mula raja-raja di Sulawesi
5.      Baby Grave
Gambar 4.5
Baby grave secara harfiah berarti kuburan bayi. Baby grave ini di lakukan di pohon tarra, filosofisnya yaitu bahwa pohon tarra mengandung getah yang putih seperti susu.  Bayi yang berhak untuk di kuburkan di pohon tersebut adalah bayi yabg belum tumbuh giginya.
Dlam prosesi penguburan  posisi bayi dihadapkan ke arah yang berbalik dengan rumahnya agar  ibunya  tidak merasa kehilangan.  Proses penguburan dilakukan dengan bayi berposisi jongkok dengan tanah di kepal dan disilli’/pasindiran atau di masukkan di pohon dengan cara di selip dan ditutup ijuk. Banyaknya pasak dan tingginya letak kuburan menanadakan staratanya brasal dari kaum bangsawan. 
6.      Pasar Bolu
Pasar Bolu di Toraja merupakan pasar hewan yang merupak titik pertama penelitian kita dalam Praktek Lapang di Tana Toraja. Pasar ini terletak pada titik koordinat 20 570 42,90 LS dan 1190 590 40,20 BT. Seperti yang dikatakan sebelunya, hewan yang dominan diperjualbelikan di pasar ini adalah babi dan kerbau.
Babi mayoritas di datangkan dari tana toraja sendiri, begitupun dengan pedaganya. namun kerbau, kenbanyakan di datangkan dari luar daerah. Begitupun dengan penjualnya. Para pedagang kerbau, mayoritas pendatang dari Palu, Palopo, Mamasa dan bebrerapa daerah lainnya. Mereka dating untuk menjual Kerbau di daerah tersebut karena harga penjualan di Tana Toraja sangat tinggi di bandingkan di daerah asli mereka.
 



C.    PEMBAHASAN




Gambar 4.6.1dan 4.6.2
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di pasar tersebut ternyata harga babi cukup tinggi begitu pun dengan harga kerbau. Harga babi yang paling rendah mencapai Rp.650.000,00 itu pun jenis babi yang kecil sedangkan harga babi yang paling tinggi biasanya mencapai Rp 3.000.000,00. Penjualan babi mahal atau murahnya tergantung dari ukuran, dan warna kulit babi. Semakin besar ukuran babi maka harga penjualan semakin tinggi pula dan semakin hitam warna kulit babi maka harga penjualan juga terbilang sangat tinggi.
Sedangkan untuk penjualan Kerbau, harga penjualan tergantung dari Janis kerbau tersebut. Kerbau memiliki lima jenis yaitu Kerbau Bango, Kerbau Saleko, Kerbau Hitam, Kerbau . Harga penjualan kerbau yang paling mahal yaitu Kerbau Saleko dan biasa harga penjualannya mencapai Rp 750.000.000,00 karena memiliki warna kulit yang belang-belang serta memiliki bola mata yang bercincin. Dan memilki arti tersendiri bagi kepercayaan orang-orang di Tana Toraja. Dan harga terendah biasanya mencapai Rp 30.000.000,00 itu pun jenis Kerbau Hitam. Tetapi harga penjualan Kerbau biasa juga di lihat dari ukuran Kerbau tersebut makin besar Kerbau maka harga penjualannya juga tinggi begitupun sebaliknya. Hanya saja kebanyakan harga penjualan dilihat dari jenis kerbau tersebut.
7.      Tongkonan Pallawa
Gambar 4.7
Palawa' terletak sekitar 12 km dari kota Rantepao di kecamatan Sa'dan.. Lokasi ini terletak pada titik koordinat 020 590 260  LS dan 1190 560 220 BT. Dan merupan titik kedua penelitian di Tana Toraja.
Pallawa merupakan salah satu tujuan wisata di Kabupaten Toraja Utara yang memiliki 11 rumah-rumah tongkonan, rumah adat tana toraja. Dan seriap tongkonan memiliki pasangan yang dinamakan Alang atau Lumbung Padi, dan di belakang Tongkonan terdapat Liang yang merupakan tempat kuburan sementara jasat yang telah meninggal. Tongkonan selalu menghadap Utara dan Lumbung selalu menghadap Selatan. Menurut sejarah Tongkonan menghadap di utara supaya sisi kanan Tongkonan mendapat banyak sinar matahari pada pagi hari karena matahari merupak sumber kehidupan manusia. Menurut masayarakat setempat, alang merupakan penyambung silaturahmi antar keluarga dan masyarakat lain untuk urusan dunia, sedangkan liang menyambung silaturahim untuk urusan akherat. Jadi dengan kata lain, hubungan kekeluargaan di tana toraja sebenarnya sangat kental (erat). Selain itu, di tempat wisata ini juga terdapat pembuat kerajinan tenun dan penjual buah tangan khas toraja.
Salah satu keunikan dari Tongkonan adalah di depan Tongkonan di hiasi dengan tanduk kerbau dan rahang babi yang memiliki arti di tengah-tengah masyarakat sebagi bukti bahwa telah di adakannya pesta kematian bagi keluarga tersebut, semakin banyak tanduk kerbau berarti sudah beberapa kali melakukan pesta kematian, serta menunjukkan pula tingkat strata social social keluarga tersebut tinggi.
Selain itu di dalam rumah Tongkonan memiliki tiga ruangan yaitu ruangan depan merupakan tempat tidur untuk keluarga yang dituakan, yang menandakan penghormatan bagi orang yang paling tua, dan ruangan tengah merupakan dapur untuk keluarga tersebut, sedangkan pada ruangan belakang merupakan tempat tidur untuk anaknya yang sudah berkeluarga.
8.      Simbuang batu Pallawa
Gambar 4.8
Simbuang batu merupakan batu yang berbentuk lonjong yang ditanam di tanah yang merupakan tempat menambat kerbau sebelum di potong sebagai pengorbanan  bagi orang yang sudah meninggal. Sejak hari pertama menarik simbuang, maka dimulailah mangorbankan kerbau. Seekor kerbau dikorbankan setiap hari, kadang-kadang dibutuhkan waktu tiga hari sampai berminggu-mingggu untuk menarik batu simbuang ke Rante, puluhan sampai ratusan orang datang membantu, juga dari desa-desa tetangga sebagai tanda solidaritis  kegotong-royongan. Kerbau dipotong di tempat yang diperkirakan akan mereka capai saat istirahat dan makan siang. Sesampainya di Rante, ujung batu yang lebih besar ditanamkan di lubang yang telah digali kira-kira sepertiga dari panjang atau tingginya batu simbuang. Sedangkan dua pertiganya menjulang tegak dengan kokoh menghadapkan sisinya yang dianggap depannya ke arah yang baik. Semakin banyak kali upacara pemakaman Rapasan diadakan di Rante, semakin bertambah jumlah batu-batu simbuang yang didirikan. Batu simbuang digunakan juga sebagai tempat untuk menambatkan kerbau selama upacara Rambu Solo' berlangsung sampai pada hari pemotongan kerbau.
Pallawa simbuang batu merupakan simbuang yang digunakan untuk  upacara  mattinggoro’ tedong. Simbuang ini merupakan simbuang tertua. Cirinyadapat diliaht dari batu yang masih asli, tanpa campur tangan teknologi.
Tidak ada yang tahu secara pasti kapan orang Toraja memulai mendirikan batu-batu simbuang, tetapi ada yang memperkirakan sejak 300-350 tahun yang lalu seumur dengan kuburan batu pahat atau liang pa'. Ada juga yang memperkirakan sudah lebih dari ribuan tahun yang lalu.
9.      Bori parinding
Simbuang ini dikenal dengan simbuang megalitikum. Bentuk simbuangnya banyak dipengaruhi oleh teknologi.          Rante yaitu tempat upacara pemakaman secara adat yang dilengkapi dengan 100 buah menhir/megalit yang dalam Bahasa toraja disebut Simbuang Batu. 102 bilah batu menhir yang berdiri dengan megah terdiri dari 24 buah ukuran besar, 24 buah ukuran sedang dan 54 buah ukuran kecil. Ukuran menhir ini mempunyai nilai adat yang sama, perbedaan tersebut hanyalah faktor perbedaan situasi dan kondisi pada saat pembuatan/pengambilan batu.
Megalit/Simbuang Batu hanya diadakan bila pemuka masyarakat yang meninggal dunia dan upacaranya diadakan dalam tingkat Rapasan Sapurandanan (kerbau yang dipotong sekurang-kurangnya 24 ekor).
Gambar 4.9
10.  gunung nona
Gunung nona merupakan sebuah gunung yang menyerupai alat kelamin wanita, sehingga disebut sebagai gunung nona, menurut cerita masyarakat setempat bahwa gunung nona merupakan sebuah kutukan kepada sepasang kekasih yang tidak direstui oleh orang tuanya, dan kemudian lari dari kampung halamannnya. Dilereng gunung ini dulunya merupakan sebuah sungai, dan sungai ini dijadikan sebagai jalur oleh orang-orang teluk tongkin di dataran cina sampai ke toraja, namun ketika orang-orang tongkin tersebut ingin kembali lagi ke daerah asalnya melalui jalur sungai sebelumnya ternyata air sudah surut, akhirnya mereka pun menetap didaerah toraja, dan untuk mengenang kampung halamannya dibangunlah sebuah rumah yang kepalanya menyerupai perahu, dan inilah yang kita kenal sampai sekarang dengan nama rumah Tongkonan.

Gambar 4.10
C.  Pembahasan
               Pembahasan dalam praktek lapang ini kami mencoba mengkajihal-hal yang substansial dan membandingkan ciri pembeda setiap loasisehingga memunculkan hal-hal yang bersifatkhas disetiaplokasi.
1.    Tongkonan
Terdapat 2 tongkonan yang kami  kunjungi dalam kesempatan iniyaitu tongkonan Kete’kesu’ dan Tongkonan Pallawa. Jika ditinjau dari segi umur tongkonan PAllawa lebihdulu di bangun di bandingkan kete’kesu. Hal ini teergambar jelas dari tanduk kerbau yang terdapat didepan bangunan, jika tanduk kerbau menandakan banyaknya dilakukan upacara kematian maka persepsi kami benar. Fakta kedua yang menyebabkan kami menyimpulkan Pallawa lebih tua adalah di renovasinya beberapa tongkonan di Pallaawa, sedangkan bangunan yang belum di renovasi telah tampak tua dann mulaimelapuk. Hal tersebut tentunya menandakan keaslian dan tuanya  tongkonan tersebut.
Tongkonan kete’ kesu dikatakan lebih muda karena  lebih maju dan modern. Maju dan modern disebabkan karena liang yang dimilikinya lebihbervariasidan menyerupai bentuk gong, yang berarti telah menujukkan kemajuan leluhurnya dalam berfikir.
2.       Liang/perkuburan
Dalam adat masyarakat toraja yang menganut aluk tudolok mengenal system pemakaman berdasarkan kasta. Mewah dan tinggiinya tempat pemakaman menandakan tingginya strata social mereka. Strata tertinggi masyarakat Toraja  adalah masyarakat yang berasal Tanah bulang.  Masyarakat dengan tanah bulang menggunakan liang Patane dan Liang Erong yang memiliki karakteristik unik dan terkesan mewahkarena tlah mengikuti perkembAangan zaman berupa ukiran-ukiran unik yang memilki makna khas. Liangpatene dan Erongbanyak ditemukan di ket’ kesu’.
Perkuburan  alam londa ditandaidengan  liang perkuburan alam.  Perkuburan ini menggunakan erong / peti. Strata dapat dilihateti  dari  tinggi renahnya letak erong seseorang. Memang ketinggian tempat menunjukkan  tingginya derajat seseorang, namun jika di kaji secara nalar  hal tersebut dilakukan agar harta benda berharga yang di Bawa mayat tersebut tidak dapat di jamah manusia
Strata social yang kedua adalah masyarakat tanah bassi. Masyarakat  tanah bassi di temukan di Lemo dengan bentang lahan vulkanik, liang pa’ini diperkirakan muncul ketika masyarakat mengenal besi/ bassi. masyarakat ini menyediakan apa yangdisediakan oleh alam dengankemsmpuan yang mereka miliki. Pada perkuburan iang pa’ inidi temukan kuburan bersalib. Hal itu menandakan pemilik liang pa tersebut bukan penganut aluk tudolok asli. Karena kepercayaan aluktudolok tidak bosadisamakan dengan agama apapun bak itu Kristen maupun hindu.
Perkuburan bayi/ baby gravemerupakan peerkuburan yang khusus di buat untuk bayo yang baru meninggal dan belum memiliki gigi. Bberapa filosofis dari perkuburan ini adalah pelaksanaannya dilakukan di Pohon Tarra denga alasan pohon Tarra merupakan pohon yang suci karena memiliki getah putih. Sesuci bayi yang meninggal tanpa dosa tersebut. Perkuburan bayi ini di buat menghadap berlawanana arah dengan rumahnya agar tidak meninggalkan kesedihan bagi orang tua yang ditinggalkan.
3.       Sejarah  toraja tegambar jelas dengan observasi museum BT. Kalando
Sejarah tentang toraja dapat diperleh di museum BT. Kalando. Museum BT. Kalando didirikan oleh puang samboligi. Di museum tersebut terdapat benda-benda mitos dan bersejarah.  Salah satu benda bersejarah di temppat tersebut adalah  biji mangga sebesar batok kelapa. Pemilik biji mangga tersebut adalahlaki padada, salah satu tokoh yang menjadi symbol kabupaten toraja. Patung laki padada ini terdapat di kota Makale.
4.      Simbuang Batu
Simbuang Batu hanya diadakan bila pemuka masyarakat yang meninggal dunia dan upacaranya diadakan dalam tingkat Rapasan Sapurandanan (kerbau yang dipotong sekurang-kurangnya 24 ekor).terdapat 2 simbuang batu yang dikunjungi yaitu simbuang batu Pallawa yang berumur lebih tua ditandai dengan batu yang masih asli dan bertekstur kasar, serta ukuran yang sederhana. Sedangkan simbuang batu bori parinding di buat pada zaman megalitikum(zaman Batu besar) terlihat telah mengalami beberapa kemajuan dilihat dari bentuk dan tekstru batu yang telah mengalami perubahan.
5.      Gunung nona
Gunung nona merupakan sebuah gunung yang menyerupai alat kelamin wanita, sehingga disebut sebagai gunung nona, menurut cerita masyarakat setempat bahwa gunung nona merupakan sebuah kutukan kepada sepasang kekasih yang tidak direstui oleh orang tuanya, dan kemudian lari dari kampung halamannnya. Dilereng gunung ini dulunya merupakan sebuah sungai, dan sungai ini dijadikan sebagai jalur oleh orang-orang teluk tongkin di dataran cina sampai ke toraja, namun ketika orang-orang tongkin tersebut ingin kembali lagi ke daerah asalnya melalui jalur sungai sebelumnya ternyata air sudah surut, akhirnya mereka pun menetap didaerah toraja, dan untuk mengenang kampung halamannya dibangunlah sebuah rumah yang kepalanya menyerupai perahu, dan inilah yang kita kenal sampai sekarang dengan nama rumah Tongkonan.







BAB V
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini maka dapat di tarik kesimpulan bahwa :
1.      Sejarah  mengenai asal usul toraja dibagi menjadi 2 yaitu  to riaja yang artinya dataran tinggi dan tau raja artiyna raja-raja
2.      Selain kebudayaannya juga tempat wisata yang ada di daerah tersebut, objek wisata di daerah tersebut berbeda-beda keunikannya seperti halnya Kete’kesu kental dengan rumah Tongkonannya dan tempat kuburan sedangkan di Pallawa hanya rumah tongkonannya.
3.      Kabupaten Tana Toraja memiliki didominasi oleh dua jenis bentang lahan yaitu bentanglahan vulkanik dan bentang lahan karst, dan haal inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan  prosesi perkuburan/ liang di setiap lokasi penelitian
4.      Prosesi upacara kematian harus mengurbankan beberapa ekor kerbau dan babi bergantung dari strata orang yang meninggal.  Dan tempat menjual beli  hewan kurban yang paling ramai ditemukan di pasar bolu rantepao
5.      Simbuang batu yang digunakan untuk  mattinggoro’ tedong mengalami kemajuan pada zaman megalitikum dimana batuannya telah di ukir
6.      Gunung nona terletak di enrekang, kononkatanya terbentuknya gunung nona ini karena adanya kutukan terhadap bangsa proto melayu
B.     SARAN
Adapun saran yang bisa menjadi indikator untuk titik temu dari kebenaran yang sebenarnya adalah :
1.      Pemerintah sebaiknya lebih memperhatikan kelestarian budayanya, agar budaya-budaya itu masih tetap selalu ada tidak hilang dari masyarakat Tana toraja
2.      Meningkatkan kemampuan penduduk dalam mengelolah sarana pariwisata yang ada sehingga dapat menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan penduduk yang memadai










DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009, Objek Wisata Tana Toraja, hhtp//www.objekwisatatanatoraja.com
Anonim. 2009. Suku Toraja. http://www.Wikipedia.com. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2009.

Anonim. 2009. Tana Toraja Budaya Pusaka Leluhur. http://www.Indonesia-indahnya.blogspot.com. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2009.

Gusthy. 2009. Tana Toraja. http://www.YouTube.com. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2009.

Hantulaut. 2009. Budaya Tana Toraja. http://www.Navigasi.net. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2009.

Maulanusantara. 2007. Ketegangan Budaya Nenek Moyang & Agama dalam Masyarakat Toraja. http://www.forumteologi.com. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2009.

Palinggi, Sandryones B. 2008. Sejarah Toraja. http://www.YouTube.com. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2009.