LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
MATA KULIAH GEOGRAFI BUDAYA
KABUPATEN TORAJA
Sabtu-Senin, 21-23 DESEMBER
2013
OLEH:
HARDIANTI
1115040069
PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2014
HALAMAN
PENGESAHAN
Laporan lengkap praktek lapangan mata kuliah “Geografi
Budaya” di Tana Toraja yang disusun oleh:
Nama : Hardianti
NIM
: 111 504 0069
Prodi : Pendidikan Geografi
Telah diperiksa oleh asisten dan dosen mata kuliah Geografi
Budaya dan dinyatakan dapat diterima.
Makassar, januari 2014
Disetujui
Oleh :
Dosen
Penanggung Jawab Asisten
Praktek Lapang
Mata
Kuliah Geografi Budaya Mata
Kuliah Geografi Budaya
Drs. Ibrahim Abbas, M.Si. Junaedi
NIP.
195612311987021002
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena dengan berkah dan Rahmat-Nyalah
sehingga kami diberi kesempatan, kemampuan dan kesehatan untuk menyelasaikan Laporan Praktek lapang Geografi Budaya.
Upaya penyelesaian Laporan Praktek ini tak luput dari
kendala dan bantuan berbagai pihak. Untuk
itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan dan
terimah kasih kepada :
1.
Bapak
Drs. Ibrahim Abbas, M.Si selaku penanggung jawab mata kuliah Geografi Budaya
2.
Ibu
Hasrianti Edy, S.si, M.Pd selaku Dosen mata kuliah Geografi Budaya.
3.
Kanda
Junaedi, selaku asisten mata kuliah geografi Budaya.
Akhirnya, kami menyadari bahwa dalam Laporan ini masih
terdapat kekurangan, olehnya itu, kami selaku penyusun mengharapkan masukan dan
kritikan yang sifatnya membangun dan selanjutnya akan menjadi bahan kami
kemudian. Semoga Laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang
terkait, dan semoga semua bantuan dan partisipasi yang diberikan oleh semua
pihak mempunyai nilai ibadah yang diberikan oleh semua pihak mempunyai nilai
ibadah disisi ALLAH SWT. Amin.
Makassar,
Januari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL……………………………………………………………………….......
|
i
|
HALAMAN
PENGESAHAN……………………………………………………...
|
ii
|
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………….
|
iii
|
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………….
|
|
DAFTAR
GAMBAR………………………………………………………………
|
|
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar belakang……………………………………………………….
B.
Tujuan praktek lapang……………………………………………….
1.
Tujuan instruksional umum
2.
Tujuan instruksional khusus
C.
Manfaat penelitian…………………………………………………...
|
1
2
2
|
BAB II KAJIAN TEORI
|
|
BAB III METODE PELAKSANAAN PRAKTEK LAPANG
A.
Pemilihan lokasi praktek…………………………………………….
B.
Teknik pengumpulan data di lapangan……………………………...
C.
Waktu pelaksanaan praktikum………………………………………
|
|
BAB
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran umum lokasi praktikum
B.
Hasil
C.
Pembahasan
|
|
BAB
V PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
|
|
DAFTAR
PUSTAKA
|
|
LAMPIRAN
|
|
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Ada banyak
kebudayaan di indonesia bahkan terdiri dari ratusan jenis kebudayaan dengan
karakteristik yang berbeda. Ditiap daerah bahkan ditiap wilayah budayanya
berbeda-beda dari sabang sampai merauke. Indonesia bahkan dikenal dengan ragam budaya dunia. Baik
budaya lama maupun dengan budaya baru. Di indonesia kita kenal dengan berbagai
budaya yang unik dan khas masing-masing.
Indonesia
dikenal dengan keindahan pantainya. Karena indonesia itu sendiri terdiri dari
kepulauan maritim yang seluruh daratannya dikelilingi dengan lautan. Misalnya
pantai bali yang terkenal di seluruh penjuru dunia. Tapi kebudayaan yang berada
didaratan juga tidak kalah hebatnya seperti bangunan-bangunan bersejarah dan
peninggalan nenekmoyang pada masa lampau.
Manusia berasal
dari langit, turun ke bumi-kehidupan di bumi-dan kembali lagi ke langit setelah
mengalami transformasi. Pandangan ini nampak dalam semua aspek budaya Toraja.
Misalnya dalam lagu-lagu duka (badong) narasi bergerak dalam tema ini: manusia
lahir dari langit, turun ke bumi dan kembali lagi ke langit (ossoran). Rumah
Tongkonan (rumah adat Toraja) dan alang (lumbung padi) didirikan mengikuti arah
dari selatan ke utara sampai titik zenit tertinggi atau sebaliknya dari utara
ke selatan ke langit tertinggi
Kalau anda berjalan-jalan
ke Toraja saat ini, anda akan menemukan bendera putih di depan jalan dekat
rumah seseorang dan hal ini dapat ditemukan dari kampung ke kampung. Bendera
putih menandakan ada “orang sakit” dalam rumah yang disebut to masaki uluuna
(orang yang kepalanya sakit) atau to makula (orang yang sakit panas).
Namun yang
dimaksud dengan orang sakit di sini adalah orang mati yang hidup (masih
dianggap hidup). Keadaan ini mudah ditemukan karena ada puluhan bahkan ratusan
“orang sakit” yang sedang menunggu upacara. Ungkapan-ungkapan ini dan
bendera-bendera putih sebenarnya menunjuk pada seseorang yang sudah mati secara
biologis tapi dipandang dari sudut budaya Toraja sebagai orang sakit.
Ungkapan-ungkapan meteforis tersebut bersifat ambigu. Ia mengandung makna ketakutan
akan kekuatan alam gaib, tetapi pada waktu yang sama juga berisi keinginan
untuk menguasainya.
Sebagai orang
sakit, ia dimasukkan dalam peti sementara dan ditidurkan di kamar tidur ruang
selatan rumah Tongkonan yang disebut lumbung. Dia ditidurkan dengan kepala
mengarah kepada matahari terbenam dan kaki ke arah matahari terbit, layaknya
seperti cara orang hidup tidur.
Karena dianggap
masih berada dalam kehidupan, maka tiga kali sehari ia mendapat makanan dan
minuman. Yang membawa makanan berkata “bangunlah nenek, makanan dan minuman
sudah ada”. Pada siang hari dan terutama malam hari anggota keluarga dan para
tetangga berkumpul dan bercerita dalam rumah sambil main domino dan minum kopi
supaya tahan begadang. Kalau sudah ngantuk atau lelah, mereka tidur di sekitar
“orang sakit” tadi tanpa ada rasa takut.
Sambil menunggu
pelaksanaan upacara “orang sakit” dibaringkan di rumah selama berminggu-minggu,
berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun bergantung pada kesediaan keluarga untuk
melaksanakan upacara. Ada yang sudah disimpan selama berbulan-bulan bahkan ada
yang sampai lebih dari 20 tahun.
B. TUJUAN PRAKTEk LAPANG
1.
Tujuan
Intruksional Umum
a. Memiliki
pengetahuan dan sikap positif pada budaya nasional dan suku budaya bangsa yang
menopang pertumbuhan budaya nasional.
b. Memahami
peranan kebudayaan dalam membina persatuan dan kesatuan sikap melalui sikap
menghargai dan mencintai budaya suku bangsanya sendiri.
2.
Tujuan
Intruksional Khusus
a. Dengan melakukan observasi tentang
posisi permukiman penduduk di Toraja, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
hubungan kondisi geografis dengan distribusi permukiman di Toraja.
b. Dengan melakukan wawancara dengan tokoh
atau budayawan masyarakat Toraja mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan wujud
kebudayaan material dan kebudayaan non material Suku Toraja dalam kaitannya
dengan keadaan geografis daerah itu.
c. Dengan mengamati tempat-tempat yang
memiliki bentuk-bentuk kebudayaan dan nilai budaya Suku Toraja, para mahasiswa
diharapkan dapat:
1)
Membedakan daerah itu dengan kebudayaan
daerah lain serta dapat menarik garis batas dipeta daerah-daerah kebudayaan
itu.
2)
Menjelaskan bahwa kebudayaan Toraja
lebih tua dari kebudayaan daerah sekitarnya.
d. Dengan menghadiri dan mencermati upacara
pemakaman mayat, mahasiswa dapat menjelaskan tentang lapisan kebudayaan toraja
baik secara vertical maupun secara horizontal.
e. Dengan memeperhatiak nlingkungan alam,
perilaku dan perlakuan masyarakat Suku Toraja para mahasiswa diharapkan dapat
menjelaskanpengaruh lingkungan alam terhadap:
1)
Perkembangan kebudayaan suku Toraja
2)
Perilaku masyrakat Toraja
f. Dengan
mengunjungi beberapa toko yang menjual hasil kerajinan atau tempat yang
memproduksi kerajinan rakyat mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan bahwa:
1) Perkembangan
kebudayaan rakyat itu turut dipengaruhi oloeh lingkungan alam
2) Masyarakat
Toraja adalah masyrakat yang terbuka dari pengaruh kebudayaan lain
g. Dengan
mendatangi pasar hewan Rantepao dan membaur di dalamnya mahasiswa diharapkan
dapat mengidentifikasi aspek ekonomi dan aspek budaya yang khusus dari pasar
hewan itu.
h. Dengan
mendiskusikan hasil observasi,wawancara, pengamatan dari semua obyek yang
dikunjungi, mahasiswa diharapkan dapat membuat laporan secar tertulis dengan
rapi, baik kelompok maupun kelas.
C. Manfaat Praktek Lapangan
Adapun
manfaat dari penelitian ini antara lain :
1. Untuk
mengetahui hubungan kondisi geografis dengan distribusi permukiman di Toraja.
2. Untuk
mengetahui menjelaskan wujud kebudayaan material dan kebudayaan non material
Suku Toraja dalam kaitannya dengan keadaan geografis daerahnya
3. Untuk
Mengetahui bentuk-bentuk kebudayaan dan nilai budaya Suku Toraja
4.
Untuk mengetahui perkembangan budaya
suku toraja dan Prilaku masyarakat Suku Toraja.
5.
Untuk mengetahui keterbukaan masyarakat
toraja Terhadap kebudayaan lain yang masuk dari Luar Wilayah Toraja
6.
Untuk mengetahui Jenis mata pencaharian
Serta penghasilan dari masyarakat suku Toraja
BAB
II
KAJIAN
TEORI
1.Definisi Kebudayaan Menurut para
Ahli
Berikut ini definisi-definisi kebudayaan yang dikemukakan
beberapa ahli:
a.
Edward
B. Taylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan
yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adapt istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh
seseorang sebagai anggota masyarakat.
b.
M.
Jacobs dan B.J. Stern
Kebudayaan mencakup keseluruhan yang
meliputi bentuk teknologi social, ideologi, religi, dan kesenian serta benda,
yang kesemuanya merupakan warisan social.
c.
Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik diri manusia dengan relajar.
d.
Dr.
K. Kupper
Kebudayaan merupakan sistem gagasan
yang menjadi pedoman dan pengarah bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku,
baik secara individu maupun kelompok.
e.
William
H. Haviland
Kebudayaan adalah seperangkat
peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang
jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku yang dipandang
layak dan dapat di tarima ole semua masyarakat.
f.
Ki
Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti buah budi manusia
adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan
alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai
rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
g.
Francis
Merill
· Pola-pola perilaku yang di hasilkan
oleh interaksi social.
·
Semua
perilaku dan semua produk yang dihasilkan oleh sesorang sebagai anggota suatu
masyarakat yang di temukan melalui interaksi simbolis.
h.
Bounded
et.al
Kebudayaan adalah sesuatu yang
terbentuk oleh pengembangan dan transmisi dari kepercayaan manusia melalui
simbol-simbol tertentu, misalnya simbol bahasa sebagai rangkaian simbol yang
digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya di antara para anggota suatu
masyarakat. Pesan-pesan tentang kebudayaan yang di harapkan dapat di temukan di
dalam media, pemerintahan, intitusi agama, sistem pendidikan dan semacam itu.
i.
Mitchell
(Dictionary of Soriblogy)
Kebudayaan adalah sebagian
perulangan keseluruhan tindakan atau aktivitas manusia dan produk yang
dihasilkan manusia yang telah memasyarakat secara sosial dan bukan sekedar di
alihkan secara genetikal.
j.
Robert
H Lowie
Kebudayaan adalah segala sesuatu yang di peroleh individu
dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistic,
kebiasaan makan, keahlian yang di peroleh bukan dari kreatifitasnya sendiri
melainkan merupakan warisan masa lampau yang di dapat melalui pendidikan formal
atau informal.
k.
Arkeolog
R. Seokmono
Kebudayaan adalah seluruh hasil
usaha manusia, baik berupa benda ataupun hanya berupa buah pikiran dan dalam
penghidupan.
Kesimpulan Dari berbagai definisi di
atas, dapat diperoleh kesimpulan mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan
yang meliputi sistem ide gagasan yang terdapat di dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi social, religi
seni dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
2. Fungsi kebudayaan
Adalah untuk mengatur manusia agar
dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan
sikap kalau akan berbehubungan dengan orang lain didalam menjalankan hidupnya.
Kebudayaan
berfungsi sebagai:
• Suatu hubungan pedoman antar
manusia atau kelompok
• Wadah untuk menyakurkan
perasaan-perasaan dan kehidupan lainnya
• Pembimbing kehidupan manusia
• Pembeda antar manusia dan binatang
3. Unsur-unsur Kebudayaan
Kebudayaan umat manusia mempunyai unsur-unsur yang bersifat
universal. Unsur-unsur kebudayaan tersebut dianggap universal karena dapat
ditemukan pada semua kebudayaan bangsa-bangsa di dunia.
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai
komponen atau
unsur kebudayaan, antara lain
sebagai berikut:
Menurut Koentjaraningrat ada tujuh unsur kebudayaan
universal, yaitu:
a. Sistem religi yang meliputi:
·
sistem
kepercayaan
·
sistem
nilai dan pandangan hidup
·
komunikasi
keagamaan
·
upacara
keagamaan
b. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang
meliputi:
·
System
kekerabatan
·
Organisasi
politik
·
System
hokum
·
System
perkawinan
·
asosiasi
dan perkumpulan
·
sistem
kenegaraan
·
sistem
kesatuan hidup
·
perkumpulan
c.
Sistem pengetahuan meliputi pengetahuan tentang:
·
flora
dan fauna
·
waktu,
ruang dan bilangan
·
tubuh
manusia dan perilaku antar sesama manusia
d.
Bahasa yaitu alat untuk berkomunikasi berbentuk:
·
lisan
·
tulisan
e.
Kesenian yang meliputi:
·
seni
patung/pahat
·
seni
rupa
·
seni
gerak
·
relief
·
lukis
dan gambar
·
rias
·
vokal
·
musik/seni
suara
·
bangunan
·
kesusastraan
·
drama
f.
Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi yang meliputi:
·
berburu
dan mengumpulkan makanan
·
bercocok
tanam
·
peternakan
·
perikanan
·
system
produksi
·
system
distribusi
·
perdagangan
g.
Sistem peralatan hidup atau teknologi yang meliputi:
·
Alat-alat
produksi, distribusi, transportasi
·
peralatan
komunikasi
·
peralatan
konsumsi dalam bentuk wadah
·
pakaian
dan perhiasan
·
tempat
berlindung dan perumahan
·
alat-alat
rumah tangga
·
senjata
Melville J. Herskovits menyebutkan
kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
·
alat-alat
teknologi
·
sistem
ekonomi
·
keluarga
·
kekuasaan
politik
Bronislaw Malinowski mengatakan ada
4 unsur pokok yang meliputi:
·
sistem
norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk
menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
·
organisasi
ekonomi
·
alat-alat
dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah
lembaga pendidikan utama)
·
organisasi
kekuatan (politik)
B.
Lingkup
dan Kawasan Kebudayaan
Kebudayaan
mempunyai lingkup yang cukup luas, meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.
Kebudayaan muncul dan berkembang sejak manusia hidup berkomunikasi, karena
manusialah yang menciptakan, memproses dan mengembangkannya. Kebudayaan muncul
sebagai proses, karena manusia membutuhkan untuk memenuhi tujuan hidupnya.
Menurut
Koentjaraningrat (1980) istilah kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “Budhaya”, bentuk jamak dari “Budhi atau akal”, sehingga diartikan
daya dari budi. Berarti berupa cipta, karsa dan rasa. Jadi kebudayaan adalah
hasil dari cipta, rasa dan karsa.
Berdasarkan
beberapa istilah yang berkaitan dengan budaya atau kebudayaan seperti; culture (adab. Kesopanan, pemeliharaan),
costum (adat, kebiasaan), civilization (peradaban), cultivate (mengolah, mengusahakan) dan cultural (kebudayaan).
Mengakar
pada kosakata di atas, dikutip beberapa wawasan kebudayaan dari pendapat para
ahli misalnya; Taylor (dalam Munandar, 1998 dan Machfud, 1998) mengungkap, “Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan
yang kompleks berupa, kepercayaan, seni, moral, hokum, adat kebiasaan dan
segala kemampuan serta kebiasaan yang diperoleh sebagai anggota masyarakat”
Mencermati
wawasan tersebut diklarifikasi makna kebudayaan, menurut Taylor kebudayaan
memuat beberapa aspek kebutuhan berupa aturan, kebiasaan dan naluri makhluk
pribadi, serba kompleks mencakup; kepercayan berkaitan dengan hal bersifat gaib
(religi/agama), adat-istiadat, hokum untuk mengatur bertingkah laku.
Manusia
memiliki naluri seni untuk mengekspresikan kebebasannya merasa senang, nyaman
dan indah, serta kebiasaan untuk bertingkah laku kesemuanya diperoleh melalui
proses belajar.
Demikian
juga Kluckhohm merangkum pengertian “Kebudayaan
sebagai keseluruhan cara hidup yang diperoleh dari kelompoknya”. Pemahaman
lebih praktis yang dikemukakan oleh Joseph Eilers disebutkan “Kebudayan sebagai desain pola hidup
dijadikannya acuan dan perencanaan yang diadaptasikan dalam kehidupan”.
Mencermati
istilah-istilah kebudayaan di atas, disimpulkan bahwa kebudayaan adalah
seperangkap pola hidup untuk mengatur berbagai aspek kehidupan individu dan
masyarakat dalam menata hidup sehari-hari maupun diproyeksikan jangkauannya
jauh ke depan.
C.
Kerangka
Kebudayaan
1. Unsur-unsur Kebudayaan
Luasnya wawasan kebudayaan, sehingga unsur-unsurnya
meliputi seluruh kawasan di permukaan bumi. Baik yang masih primitive, kecil
maupun yang kompleks (modern) dengan linkage
(jaringan saling terkait) yang luas. Berkaitan hasil kerja keras para ahli
antropologi meneksperisikan banyak konsep-konsep kebudayaan termasuk B.
Malinowski yang banyak merumuskan tujuh unsure kebudayaan yaitu;
a. System
aneka ragam bahasa
b. System
teknologi dari yang sederhana ke canggih
c. Organisasi
social
d. System
pengetahuan
e. System
mata pencaharian
f. System
relegi (kepercayaan keagamaan)
g. System
kesenian
Sejumlah unsur-unsur kebudayaan yang dikatakan di
atas dapat dibuat suatu skema bagan berupa lingkaran berlapis tiga. Bagan
tersebut menggambarkan bahwa keberadaan kebudayaan yang diciptakan manusia
bersifat dinamis (bergerak terus menuju suatu perubahan dan perkembangan).
Kerangka analisisnya adalah lingkaran yang paling dalam menggambarkan sebagian
inti kebudayaan bersifat abstrak (meliputi ide-ide, konsep-konsep dan
gagasan-gagasan). Lapisan kedua menafsirkan sebagai system social berupa
hubungan social yang disebut system social kemasyarakatan. Sifatnya dapat
diamati sebagai perilaku interaksi terhadap sesamanya. Lingkaran ketiga
merupakan kebudayaan fisik (berupa materi) dan kalau ditafsirkan ke dalam
pemaknaannya hasil karya manusia melalui hasil rekayasa teknologi (seperti
bangunan, perkakas, computer, kapal terbang).
Bagan kebudayaan dikutip dari Koentjaraningrat
(dalam Munandar, 1987) sebagai berikut:
2. Wujud Kebudayaan
Setelah diformulasi dan dianalisis dari unsur-unsur
kebudayaan yang dikontruksi secara sederhana dalam bagan lingkaran, maka wujud
kebudayaan secara berurut dapat diilustrasikan ke dalam tiga lapisan lingkaran
mulai dari paling dalam (inti), lingkaran kedua samapai pada lingkaran terluar
yang uraiannya sebagai berikut:
a. Sistem
budaya bersifat abstrak berupa kompleksitas, ideology, gagasan, konsep, ide-ide
sebagai hasil pikiran manusia. Wujud ini disebut system budaya abstrak, karena
tidak dapat dilihat oleh mata. Eksistensinya berada di otak manusia yang
menganutnya. Diistilahkan sebagai system budaya, karena gagasan pikiran
tersebut tidak terlepas sebagai kepingan aspeknya, tetapi menyatu dan saling
berkaitan sebagai satu system berupa satu jaringan mata rantai (linkage sistem) sehingga menjadi satu
system gagasan dan pikiran mapan dan kontinyu.
b. Wujud
berupa system social, merupakan kompleksitas berupa aktifitas yang saling
bersosialisasi dan berakulturasi, karena aktifitas manusia, sehingga
konfigurasinya dapat diobservasi. System social ini tidak dapat dipisahkan dari
system budaya, karena wujud ini terlaksana berkat muara aliran dari hasil
system budaya berupa hasil pikiran dan gagasan, sehingga manusia beraktifitas,
baik sebagai individu maupun komunal. Pola-pola aktifitas tersebut ditentukan
dan ditata oleh gagasan dan ide-ide yang ada di dalam otak manusia.
c. Wujud
kebudayaan berupa materi, manusia beraktifitas untuk menciptakan hasil karyanya
berupa materi tidak terlepas dari aktifitasnya menggunakan peralatan sebagai
hasil karyanya sendiri, dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhannya, baik
peralatan yang masih sederhana maupun yang berteknologi canggih. Hasil karya manusia
yang diperoleh melalui bantuan sendiri dengan tujuan untuk memenuhi berbagai
kebutuhan primer maupun sekundernya berupa benda disebut kebudayaan fisik.
3. Sistem Kebudayaan
Sistem budaya merupakan wujud kebudayaan yang
bersifat abstrak. Cultural system ini,
merupakan ide-ide dan gagasan manusia yang dipakai hidup dalam masyarakat.
Gagasan-gagasan tersebut merupakan satu kesatuan dari rangkaian yang lainnya
yang sudah mapan yang menjadi prinsip hidup komunikasi yang mendukungnya,
sehingga disebut sistem budaya. Oleh karena itu, sistem budaya termasuk bagian
dari kebudayaan, karena terdiri pula atas adat-istiadat, norma-norma sebagai
sistem nilai budaya, kesemuanya dapat membentuk pranata-pranata social di dalam
masyarakat bersangkutan.
Fungsi sistem budaya untuk menata
tingkah laku manusia. Proses belajar dari sistem budaya dilakukan melalui
pembudayaan (institution atau pelembagaan).
Dalam proses pelembangaan seseorang belajar dan mengadakan penyesuaian terhadap
segala sistem norma dimulai dari aspek yang kecil sampai kepada aspek
totalitasnya untuk kemapaan.
D.
Metodologi
Penelitian Budaya
Untuk
meneliti tentang budaya komunitas tertentu sejak dulu sudah banyak cara yang
digunakan orang pada awal diperkenalkan salah satu objek penelitian budaya
disebut etnografi yang didiskripsikan sebagai kebudayaan pada masyarakat
primitif yang dikerjakan oleh para antropolog Eropa dan Amerika Utara.
Dalam
meneliti kebudayaan masyarakat sejak dulu sampai berkembang dengan menggunakan
cara-cara secara ilmiah, maka berlangsunglah penelitian budaya dan menemukan
berbagai karakteristik budaya para pemerhati saat itu. Adapun cara-cara yang
ditempuh antara lain;
1. Metode
eksploratif. Metode ini pada mulanya dilakukan sambil lalu, karena munculnya
etnografi hanya dilakukan oleh para missionaries, pedagang dan penjelajah yang
memunculkan laporan kebudayaan asing yang aneh-aneh. Hasil temuannya diperoleh
sesuai dengan apa yang dilihat dan yang didengar tanpa menggunakan metode
observasi yang cermat. Sehingga hasil temuannya itu dianggap sebagai hasil
temuan yang amatiran atau tidak profesional (amen on the spot).
Hasil temuan penelitian
budaya seperti ini bersifat deskriptif yang menggambarkan hasil temuan apa
adanya, tidak berlandaskan dengan teori dan tanpa menarik kesimpulan.
2. Metode
verifikasi. Episode yang kedua oleh Frans Boas bersama mahasiswanya melakukan
kegiatan penelitiannya secara berencana dengan menggunakan pendekatan
verifikasi yang sudah dibekali teori untuk diuji kebenarannya. Kegiatan
penemuan budaya seperti ini sudah menggunakan teknik observasi di lapangan.
Namun belum tinggal di lapangan dengan waktu yang cukup lama bersama komunitas
yang ditelitinya, sehingga tidak mempelajari bahasa masyarakat setempat yang
ditelitinya. Tetapi dalam kegiatannya sudah dapat menguji teori mereka
pergunakan sebagai acuan dalam penelitiannya.
3. Metode
grounded research. Model penelitian
ini dilakukan dimana penelitian tidak menggunakan teori sebagai acuan untuk
mengumpulkan data dan analisis data. Seorang peneliti tinggal di lokasi bersama
komunitas yang menjadi obyek studinya. Mereka beradaptasi dengan masyarakat,
belajar bahasa setempat dan adat-istiadat mereka.
Untuk
mengumpulkan data teknik andalannya partisipatori, observasi dan wawancara
mendalam. Peneliti mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dan merevisi data yang
tidak digunakan dan yang diperlukan tetap dikembangkan. Dalam analisis datanya
akan menghasilkan teori. Jadi metode penelitian grounded research adalah bertolak dari data, data yang terkumpulkan
diolah/analisis dan hasil analisis data secara kualitatif menciptakan teori
baru.
Penelitian
partisipatori dan observasi dianggap paling berjasa dalam penelitian kebudayaan
adalah Malinowski. Dalam hal ini Malinowski yang dipandang sebagai avant garde (pelopor) atau dianggap
sebagai pioneer fieldwork antropologi
modern dengan melakukan partisipasi observasi dan juga sebagai penemu
antropologi social modern.
E.
Transmisi
dan Transfortasi Budaya
Terjadinya
segmentasi disharmonis antara budaya barat dan timur disebabkan paradox
berpikir dan persepsi antara keduanya yang saling berpersepsi dari segi
negative dalam sikap streotipe dan prasangka satu sama lain, menyebabkan
pola piker dan persepsi tidak akan terakulturasi.
Konsep
paradoksal yang timbul dalam pikiran Barat tentang karakteristik budaya
mencirikan budaya Barat bersifat; materialism,
rasionalisme,dan sekularisme. Sedangkan masyarakat timur
diidentifisi sebagai masyarakat yang berkarakter budaya; kemiskinan, kebodohan, statisme, fatalism dan kontemplasi. Akibatnya kedua pandangan tersebut selalu
konflik sahadah nyata dan laten.
Untuk
membuktikan bahwa apakah terjadi benturan-benturan pemikiran budaya antara
Barat dan Timur untuk perlu ditelusuri.
1.
Karakteristik
Budaya Barat
Pandangan
Barat dalam menilai dunia sahadah cenderung bersifat obyektif, sehingga pola
pikirannya menghasilkan sains dan teknologi. Filsafat Barat telah
dimanifestasikan dalam konstalasi dan tata rasio. Olehnya itu pengetahuannya
mempunyai landasan filosofis yang bersifat empiris kuat, nilai-nilai spiritual
adan agama dikesampingkan.
Dalam
proses perkembangannya sampai sekarang dunia Barat unggul dalam menguasai dunia
materi dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologinya. Sebaliknya
pandangan filsafat tradisional dan agama kecenderungan mengalami setback (kemunduran).
Masyarakat
Barat menurut (Marylin dan Richard, 1987) dalam cara berpikirnya cenderung pada
kemajuan materi dan hidup duniawi, sehingga lebih relevan untuk memaknai
kehidupan di dunia saja. Barat hidup dalam alam ilmiah dan teknis, maka
pemahaman falsafah tradisional dan agama semakin jauh dari makna kehidupannya,
karena dianggap tidak terkait dengan kehidupan nyata.
Agama
dipandang sebagai ide-ide, konsep-konsep yang sifatnya abstrak, sehingga orang
Barat bersifat rasional dan positifisme. Semua yang tidak bersifat rasional
diserahkan kepada sastrawan sebagai imajinasi hidup. Oleh karena itu ada tiga
hal yang mendasari nilai kehidupan Barat yaitu; martabat manusia, kebebasan dan teknologi.
Menurut
pemikir Barat manusia adalah segalanya, karena mampu menyempurnakan hidupnya
sendiri dengan syarat bertolak pada rasio, intelek dan pengalaman (Dorothy L.
Max, 1983). Falsafah pemikir seperti itu menurut sejarah berasal dari falsafah
Protogoras (480-411 SM). Protogoraslah dianggap pertama kali mengembangkan
falsafah bahwa manusia adalah segalanya, sehingga boleh dikatakan dia bapak humanism, kemudian berkembang di Barat.
Dalam tradisi humanis setiap manusia harus memilikiuntuk dirinya kebenaran dan
kebaikan. Akibatnya gerakan sekularisme semakin berkembang diberbagai aspek
kehidupan, termasuk estetika, moral dan agama. Ajaran ini kemudian dilanjutkan
oleh Comte dan Feuerbach pada abad ke-18 dengan bersumber dari filsafat
positivisme. Mereka berpendapat bahwa manusia adalah segalanya, karena
martabatnya.
Manusia
tidak ternilai oleh materi, sehingga eksistensinya perlu memperoleh respek,
bantuan dan hormat. Oleh pandangan Barat manusia dinilainya sebagai subyek,
disebabkan memiliki kemampuan rasional, kreatif, estetik, sehingga
kebudayaan Barat menghasilkan nilai-nilai dasar seperti; demokrasi, lembaga social dan
kesejahteraan ekonomi. Maka manusia
harus mendapat segalanya yang berwujud kemajuan materi dan kesejahteraan, bukan
kebijakan hati nuraninya.
2.
Karakteristik
Budaya Timur
Umumnya
manusia Timur menghayati hidup dan seluruh eksistensinya. Manusia timur berfikir
tidak bertujuan untuk menunjang usaha menguasai dunia dan hidup secara teknis.
Sebab manusia timur lebih menyukai intuisi daripada akal budinya. Inti
kepribadiannya tidak terletak pada inteleknya tetapi di hatinya, sehingga
menyatukan akal budinya/intelek dengan intuisi, perasaan dan hati nuraninya.
Budaya
timur pada prinsipnya bermuara dari ajaran-ajaran agama yang tumbuh dan
berkembang di dunia timur. Cara berfikir manusia timur dimodifikasi oleh
falsafah agama seperti Hindu dan Budha, menyebabkan manusia membuat kebijakan
bersifat kontempilasi, tertuju pada tinjauan kebenaran. Berfikir kontemplasi
dipandang puncak perkembangan rohaniahnya.
Falsafah
budaya timur berusaha mencari keharmonisan dengan alam bukan untuk
menguasainya, karena falsafah beranggapan bahwa merekaadalah bagian dari alam,
sehingga tidak berhak untuk merusak alam. Alamlah yang member kehidupan,
kebutuhan hidup, makanan, bahan untuk seni dan sain.
Keinginan
memperoleh hikmah keselamatan dan kebebasan diri dari penderitaan tidak hanya
ditekankan pada kemampuan sendiri, tetapi diserahkan juga kepada kekuatan yang
ada di luar dirinya yang disebut kekuatan maha gaib, sehingga membentuk
kepribadiannya. Untuk mencapainya dilakukannya melalui meditasi, tarekat dan
mistik.
Mencari
ilmu tidak hanya menambah keceerdasan, tetapi mencari kebijaksanaan. Dalam
menghadapi kenyataan orang timur memadukan pengetahuan intelektualnya dengan
intusis pemikiran yang konkrit, simbolik dan kebijaksanaan. Menurut (Alfian,
1985) ada tiga sikap menghadapi tantangan kebudayaan barat yaitu:
a. Sikap
reaksi yang sama sekali menolak kebudayaan barat. Sikap ini menganggap bahwa
kebudayaan barat hanya melahirkan manusia materialism yang rakus dan kejam dan
menganggap kebudayaan timur yang lebih manusiawi.
b. Sikap
reaksi yang berusaha melihat adanya benturan antara kebudayaan barat dan timur
secara kritis. Secara obyektif melihat masing-masing adanya kelemahan antara
keduanya. Karenanya, perlu ada jarak antara keduanya untuk tidak saling
mengotori. Untuk memadukannya perlu ada seleksi yang mana unsure budaya barat
yang dapat menunjang kepentingan kebudayaan timur. Mana dapat masuk sendi-sendi
kehidupan masyarakat dalam konteks budaya nasional.
c. Reaksi
yang menerima secara totalitas kebudayaan barat. Sikap seperti ini menganggap
bahwa kebudayaan timur sudah tidak relevan lagi untuk menghadapi tantangan yang
berkembang sekarang. Hanya kebudayaan barat yang unggul dan mampu untuk
melahirkan manusia yang berkualitas.
BAB
III
METODE
PELAKSANAANPRAKTEK LAPANG
A. Pemilihan Daerah Praktikum
Tana Toraja merupakan sebuah kawasan
wisata yang terkenal dengan kebudayaannya, kebudayaan yang paling terkenal di
daerah ini ialah acara pemakaman, tentunya acara pemakaman yang dilakukan
didaerah ini berbeda dengan acara kematian yang dilakukan oleh masyarakat umum
yang ada di suatu daerah.
Sesuatu yang terlihat jelas dari
perbedaan acara pemakaman Tana Toraja dengan daerah lain yaitu dari segi biaya
yang dipakai dalam acara ini, dimana masyarakat Tana Toraja mengeluarkan uang ratusan
juta rupiah untuk biaya pemakaman masyarakat Tana Toraja. Dengan adanya
perbedaaan dan kebudayaan khas tersendiri yang dimiliki oleh Tana Toraja maka
lokasi ini sangat tepat untuk melakukan sebuah praktek lapang dengan maksud
mengetahui kebudayaan-kebudayaan yang ada didaerah ini.
B.
Pengumpulan
dan Pengamatan Data di Lapangan
Tekhnik pengumpulan data yaitu dengan
mendatangi objek-objek wisata yang ada kemudian melakukan wawancara dengan
masyarakat umum yang berdiam dilokasi tersebut, dan pemberian arahan atau
gambaran lokasi dari dosen dan asisten pembimbing.
C.
Waktu
Pelakasanaan Praktikum
Adapun waktu pelaksanaan praktikum ini,
yaitu pada tanggal 9-11 Januari 2014
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
GAMBARAN
UMUM LOKASI PRAKTIKUM
Kabupaten
Tana Toraja merupakan salah satu dari 23 kabupaten yang ada di propinsi
Sulawesi Selatan yang terletak diantara 2º20´ LS sampai 3º30´ LS dan 119º30´ BT
sampai 120º10´ BT. "Ibukota" Tator yakni kota kecil Rantepao adalah
kota yang dingin dan nyaman, dibelah oleh satu sungai terbesar di Sulsel yakni
sungai Saddang, sungai inilah yang memberikan tenaga pembangkit listrik untuk
menyalakan seluruh Makasar. Secara Sosio linguistik, bahasa Toraja disebut
bahasa Tae oleh Van Der Venn. Ahli bahasa lain seperti Adriani dan Kruyt menyebutnya
sebagai bahasa Sa'dan. Bahasa ini
terdiri dari beberapa dialek, seperti dialek Tallulembangna (Makale), dialek
Kesu (Rantepao), dialek Mappapana (Toraja Barat).
Batas-batas
Kabupaten Tana Toraja adalah:
Sebelah Utara : Kabupaten Toraja Utara
Sebelah Timur : Kabupaten Luwu
Sebelah Selatan :
Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Pinrang
Sebelah Barat :
Kabupaten Polmas
Luas wilayah
Kabupaten Tana Toraja tercatat 3.205,77 km² atau sekitar 5% dari luas propinsi
Sulawesi Selatan, yang meliputi 15 (lima belas) kecamatan. Jumlah penduduk pada
tahun 2001 berjumlah 404.689 jiwa yang terdiri dari 209.900 jiwa laki-laki dan
199.789 jiwa perempuan dengan kepadatan rata-rata penduduk 126 jiwa/km² dan
laju pertumbuhan penduduk rata-rata berkisar 2,68% pertahun.
Tana Toraja
beriklim tropis. Musim hujan terjadi pada bulan Oktober - Maret sedangkan musim
kemarau terjadi pada bulan April - September. Perubahan iklim dunia dan
pengaruh pemanasan global sedikit mempengaruhi pola iklim di Tana Toraja dalam
satu dekade terakhir, namun pola dan masa tanam padi yang hampir seluruhnya
mengandalkan air hujan tetap belum berubah. Curah hujan tertinggi biasanya
terjadi pada Desember hingga Januari.Curah hujan di Toraja berkisar antara
30-50 mm/bulan.Terdapat juga daerah yang hampir selalu terselimuti kabut
sepanjang hari di perbatasan dengan daerah Teluk Bone.
Keadaan geologi Kabupaten Tana Toraja lebih banyak
dipengaruhi oleh formasi batuan dari gunung Latimojong yang mencakup luas
wilayah sekitar 1.565,69 ha atau 48,84%.Sekitar 80% tanah di
Tana Toraja merupakan lahan kritis. Terdiri dari jenis bebatuan soprin coklat kemerah-merahan,
soprin napalan abu-abu, batu gamping, dan batu pasir kwarsit serta gradorir dan
lain sebagainya. Jenis tanah berupa tanah alluvial kelabu, brown forest,
mediteran, dan Podzolit merah kuning.
B. HASIL
Praktek lapang lapang di toraja yaitu:
1. Kete’
kesu
Gambar 4..1
Ke'te' Kesu' adalah objek wisata yang terletak dikampung Bonoran yang berjarak 4 km dari Kota
Rantepao, telah ditetapkan sebagai salah satu Cagar Budaya yang perlu
dilestarikan/ dilindungi. Objek wisata ini sangat menarik, oleh karena memiliki
suatu kompleks perumahan adat Toraja yang masih asli, yang terdiri dari
beberapa Tongkonan, lengkap dengan Alang Sura' (lumbung padinya). Objek wisata
ini dilengkapi pula dengan areal upacara pemakaman (rante), kuburan (liang)
purba dan makam-makam modern, namun tetap berbentuk motif khas Toraja, pemukiman,
perkebunan dan persawahan Sekaligus para pengunjung dapat menyaksikan seni ukir
Toraja di lokasi ini.
Setiap tongkonan
dilengkapi dengan alang dan liang. Tongkonan dibangun menghadap ke utara
untuk mengingat tempat kedatangan nenek moyang yang berasal dari laut cina.
Alang dibangun menghadap keselatan yaitu menghadapi tongkonan, alang berhadapan
langsung dengn tongkonan dianggap sebagai lambang kemakmuran yaitu lumbung
padi. Sedangkan liang berada dibelakang tongkonan. Liang dianggap sebagai
pesatuan masyarakat Tana toraja yang sudah meninggal.
Di sekitar tongkonan/ liang terdapat bamboo karena bamboo merupakan hal pokok
dalam pembuatan tongkonan maupun upacara-upacara yang lain
Sekitar 100
meter di belakang perkampungan ini terdapat situs pekuburan tebing berupa liang
dengan kuburan bergantung, dan tau-tau dalam bangunan batu yang diberi pagar.
Tau-tau ini memperlihatkan penampilan pemiliknya sehari-hari. Perkampungan ini
juga dikenal dengan keahlian seni ukir yang dimiliki oleh penduduknya dan
sekaligus sebagai tempat yang bagus untuk berbelanja souvenir.
2. Londa (perkuburan Alam)
Gambar 4..2
Londa merupakan salah satu objek wisata yang di kenal dengan
perkuburan alamnya. Londa merupakan daerah pemakaman dari bebatuan kapur. Pemakaman masyarakat dilakukan dengan
memasukkan peti-peti mayat ke dalam gua.
Perkuburan alam ini memiliki tiga tingkatan yaitu pertama di
dalam gua/ dasar gua untuk penguburan masyarakatdengan strata bawah, strata menengah di bagian tengah dinding tebing karst, dan
untuk bangsawan di bagian tertinggi
Cara peletakan Erong yang ada di atas ini dilakukan dengan memanjat
tebing. Semakin di atas posisi Erong, semakin menunjukkan derajat seseorang.
Biasanya Erong yang diletakkan di atas itu merupakan milik bangsawan. Kaya atau
miskin orang Toraja baru bisa dinilai saat sudah meninggal dunia. Umumnya orang
yang kaya akan memotong kerbau dalam jumlah yang cukup banyak. Selain itu dalam
proses penguburannya akan menggunakan keranda yang berbentuk Tongkonan.
Sementara bagi yang miskin biasanya keranda yang digunakan hanya terbuat dari
bambu yang disusun saja. Saat masih hidup, paling mudah melihat kaya atau
miskinnya orang Toraja adalah dari rumahnya. Konon yang sudah memiliki
Tongkonan merupakan bangsawan.
3. Lemo (liang pa’)
Gambar 4.3 liang pa’
Liang pa’ mulai ada diToraja
sejak ditemukannya bbesi. Sepanjang
perjalanan terdapat berbagai singkapan batuan (batuan beku) , singkapan batuan
tersebut sebagian besar digunakan untuk pemakaman orang-orang yang meninggal di
sekitar daerah tersebut. Batu tersebut dipahat agar dapat di tempati jenazah,
dan setiap pahatan yang dibuat memiliki ukuran lubang yang besar karena
biasanya ditempati oleh satu keturunan.
Tinggi rendahnya posisi liang pa’
menandakan tingginnyua strata pemilik liang tersebut. Penganut asli aluk
tudolok tidak menggunakan tanda salib di liangnya. Pada liang pa’ jugadi
temukan tau-tau. Dalam kunjungan aru.
Menurut kami pada tanggal 22 desember ditemukan
tau-tauyang menggunakan pakaian baru. Menurut masyarakat keluarga boleh
mengganti pakaian tau-tau dengan pakaian
baru dengan syarat dan upacara khusus.
4. Museum BT kalando
Sejarah tentang toraja dapat
diperleh di museum BT. Kalando. Museum BT. Kalando didirikan oleh puang
samboligi. Di museum tersebut terdapat benda-benda mitos dan bersejarah. Salah satu benda bersejarah di temppat
tersebut adalah biji mangga sebesar
batok kelapa. Pemilik biji mangga tersebut adalahlaki padada, salah satu tokoh yang
menjadi symbol kabupaten toraja. Patung laki padada ini terdapat di kota Makale.
Gambar 4.4
Sejarah hidup Laki Padada hingga
di jadikan tokoh kab. Toraja yaitu:
a) Keris
patah
Filosofi tentang laki padada
“dalam hidupnya bercita-cita hidup untuk tidak mati”. Untuk memenuhi ambisinya
dia menerima wahyu untuk bertapa selama
7 hari 7 malam tanpa tidur. Dalam pertapaannya tersebut dia ditemani sebilah
keris. Setelah menyelesaikan tantangan tersebut laki padada menuntut
haknya, lalu pemberi wahyu meminta laki
padadauntuk mencabut kerisnya. Ketika laki padada mencabut kerisnya ternyata
kerisnya patah . maka tidak di terimalah pertapaan laki padada dengan alasan
keris tersebut dipatahkan ketika laki padada tertidur
b) Batok
mangga raksasa
Kemudian setelah kejadian
tersebut laki padada menjelajah ke Tanjibar dan menemukan sebuah mangga
berbiji besar dan berniat untuk menanamnya di kampungnya. Dari sinilah sejarah
asal usul batok mangga yang besar tersebut
c) Kerbau
Putih “Tedong buleng”
Dalam perjalanannya ke suatu
tempat (mencari ujung dunia) laki Padada ingin menyeberangi sebuah
sungai. Pada sungai tersebut terdapat buaya. Setelah menunggu beberapa hari air
sungai tersebut tak kunjung surut. Maka datanglah kerbau putih untuk menawarkan dirinya. Akhirnya laki padada pun
mampu menyeberangi sungai tersebut. Sejak saat itu laki padada berjanji untuk
tidak mengurbankan tedong bukeng pada setiap acaranya.
d) Raja-raja di Sulawesi
Dalam perjalanannya mencari ujung
dunia laki padada sakit dan di bawa
burung ke Gowa. Ketika di temukan oleh
pemuka di Gowa laki padada diberi makan
menggunakan piring anjing, namun laki
padada menolak untuk memakannya. Kemudian laki
padada di beri makan menggunakan piring
kucing, laki padada tetap menolak. Selanjutnya pemuka itu
memberinyamakan menggunakan piring pembantu tapi tetap saja laki padada
menolak. Akhirnya raja memutuskan untuk memberinya makan dengan menggunakan
piringnya, dan laki padada pun memakan
makanan tersebut. Ia pun berkesimpulan
bahwa orang yang baru ditemukannya itu bukanlah orang sembarangan. Dan di bawanyalah laki padada ke
singgasananya.
Pada saat laki padada datang
istri pemuka itu sedang hamil. Dan ketika akan melahirkan istrinya mengalami kendala. Pemuka itu
meminta bantuan laki padada. Laki padada siap untuk membantu dengan mengajukan syarat, jika anaknya
laki-laki di jadikan saudaranya, dan jika perempuan di jadikan istrinya. Raja
pun mengiyakan permintaannya.
Ketika anak raja tumbuh dewasa
dan cantik raja tersebut merasa enggan
menjodohkan putrinya dengan laki padada yang jelek. Raja pun mengajukan pra syarat pernikahan
a)
Cangkul
b)
Wijen
c)
Jawawit
Dengan
terpenuhinya pra syarat sebelum menikah yang di ajukan sang raja maka tidak ada
lagi cara untuk membantah lamaran laki
padada. Mereka pun akirnya menikah dan dikaruniai 4 orang anak. Anak mereka
itulah yang akhirnya menjadi penguasa di Sulawesi. Hal ini dibuktikan dengan
warisan khas yang di miliki raja-raja yang berkuasa tersebut.
a) Mangasak singala (toraja)
b) Pattila merang di gowa
c) Payung luwu
d) Mangkai ribone
Dari
cerita inilah sehigga di simpulkan
bahwamakna kata Toraja (Tau Raja) yang bermakna asal mula raja-raja di Sulawesi
5.
Baby
Grave
Gambar 4.5
Baby grave secara harfiah berarti
kuburan bayi. Baby grave ini di lakukan di pohon tarra, filosofisnya yaitu
bahwa pohon tarra mengandung getah yang putih seperti susu. Bayi yang berhak untuk di kuburkan di pohon
tersebut adalah bayi yabg belum tumbuh giginya.
Dlam prosesi penguburan posisi bayi dihadapkan ke arah yang berbalik
dengan rumahnya agar ibunya tidak merasa kehilangan. Proses penguburan dilakukan dengan bayi
berposisi jongkok dengan tanah di kepal dan disilli’/pasindiran atau di
masukkan di pohon dengan cara di selip dan ditutup ijuk. Banyaknya pasak dan
tingginya letak kuburan menanadakan staratanya brasal dari kaum bangsawan.
6. Pasar Bolu
Pasar Bolu di Toraja merupakan
pasar hewan yang merupak titik pertama penelitian kita dalam Praktek Lapang di
Tana Toraja. Pasar ini terletak pada titik koordinat 20 570
42,90 LS dan 1190 590 40,20 BT.
Seperti yang dikatakan sebelunya, hewan yang dominan diperjualbelikan di pasar
ini adalah babi dan kerbau.
Babi mayoritas di datangkan dari tana toraja
sendiri, begitupun dengan pedaganya. namun kerbau, kenbanyakan di datangkan
dari luar daerah. Begitupun dengan penjualnya. Para pedagang kerbau, mayoritas
pendatang dari Palu, Palopo, Mamasa dan bebrerapa daerah lainnya. Mereka dating
untuk menjual Kerbau di daerah tersebut karena harga penjualan di Tana Toraja
sangat tinggi di bandingkan di daerah asli mereka.
C. PEMBAHASAN
Gambar 4.6.1dan 4.6.2
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di
pasar tersebut ternyata harga babi cukup tinggi begitu pun dengan harga kerbau.
Harga babi yang paling rendah mencapai Rp.650.000,00 itu pun jenis babi yang
kecil sedangkan harga babi yang paling tinggi biasanya mencapai Rp
3.000.000,00. Penjualan babi mahal atau murahnya tergantung dari ukuran, dan
warna kulit babi. Semakin besar ukuran babi maka harga penjualan semakin tinggi
pula dan semakin hitam warna kulit babi maka harga penjualan juga terbilang
sangat tinggi.
Sedangkan untuk penjualan Kerbau,
harga penjualan tergantung dari Janis kerbau tersebut. Kerbau memiliki lima
jenis yaitu Kerbau Bango, Kerbau Saleko, Kerbau Hitam, Kerbau . Harga penjualan
kerbau yang paling mahal yaitu Kerbau Saleko dan biasa harga penjualannya
mencapai Rp 750.000.000,00 karena memiliki warna kulit yang belang-belang serta
memiliki bola mata yang bercincin. Dan memilki arti tersendiri bagi kepercayaan
orang-orang di Tana Toraja. Dan harga terendah biasanya mencapai Rp 30.000.000,00
itu pun jenis Kerbau Hitam. Tetapi harga penjualan Kerbau biasa juga di lihat
dari ukuran Kerbau tersebut makin besar Kerbau maka harga penjualannya juga
tinggi begitupun sebaliknya. Hanya saja kebanyakan harga penjualan dilihat dari
jenis kerbau tersebut.
7. Tongkonan
Pallawa
Gambar 4.7
Palawa'
terletak sekitar 12 km dari kota Rantepao di kecamatan Sa'dan.. Lokasi ini terletak pada titik koordinat 020
590 260 LS dan 1190
560 220 BT. Dan merupan titik kedua
penelitian di Tana Toraja.
Pallawa
merupakan salah satu tujuan wisata di Kabupaten Toraja Utara yang memiliki 11
rumah-rumah tongkonan, rumah adat tana toraja. Dan seriap tongkonan memiliki pasangan yang
dinamakan Alang atau Lumbung Padi, dan di belakang Tongkonan terdapat Liang
yang merupakan tempat kuburan sementara jasat yang telah meninggal. Tongkonan
selalu menghadap Utara dan Lumbung selalu menghadap Selatan. Menurut sejarah
Tongkonan menghadap di utara supaya sisi kanan Tongkonan mendapat banyak sinar
matahari pada pagi hari karena matahari merupak sumber kehidupan manusia. Menurut
masayarakat setempat, alang merupakan penyambung silaturahmi antar keluarga dan
masyarakat lain untuk urusan dunia, sedangkan liang menyambung silaturahim
untuk urusan akherat. Jadi dengan kata lain, hubungan kekeluargaan di tana
toraja sebenarnya sangat kental (erat). Selain itu, di tempat wisata ini juga
terdapat pembuat kerajinan tenun dan penjual buah tangan khas toraja.
Salah
satu keunikan dari Tongkonan adalah di depan Tongkonan di hiasi dengan tanduk
kerbau dan rahang babi yang memiliki arti di tengah-tengah masyarakat sebagi
bukti bahwa telah di adakannya pesta kematian bagi keluarga tersebut, semakin
banyak tanduk kerbau berarti sudah beberapa kali melakukan pesta kematian,
serta menunjukkan pula tingkat strata social social keluarga tersebut tinggi.
Selain
itu di dalam rumah Tongkonan memiliki tiga ruangan yaitu ruangan depan
merupakan tempat tidur untuk keluarga yang dituakan, yang menandakan
penghormatan bagi orang yang paling tua, dan ruangan tengah merupakan dapur
untuk keluarga tersebut, sedangkan pada ruangan belakang merupakan tempat tidur
untuk anaknya yang sudah berkeluarga.
8. Simbuang
batu Pallawa
Gambar 4.8
Simbuang batu merupakan batu yang
berbentuk lonjong yang ditanam di tanah yang merupakan tempat menambat kerbau
sebelum di potong sebagai pengorbanan
bagi orang yang sudah meninggal.
Sejak
hari pertama menarik simbuang, maka dimulailah mangorbankan kerbau. Seekor
kerbau dikorbankan setiap hari, kadang-kadang dibutuhkan waktu tiga hari sampai
berminggu-mingggu untuk menarik batu simbuang ke Rante, puluhan sampai ratusan
orang datang membantu, juga dari desa-desa tetangga sebagai tanda
solidaritis kegotong-royongan. Kerbau
dipotong di tempat yang diperkirakan akan mereka capai saat istirahat dan makan
siang. Sesampainya di Rante, ujung batu yang lebih besar ditanamkan di lubang
yang telah digali kira-kira sepertiga dari panjang atau tingginya batu
simbuang. Sedangkan dua pertiganya menjulang tegak dengan kokoh menghadapkan
sisinya yang dianggap depannya ke arah yang baik. Semakin banyak kali upacara
pemakaman Rapasan diadakan di Rante, semakin bertambah jumlah batu-batu simbuang
yang didirikan. Batu simbuang digunakan juga sebagai tempat untuk menambatkan
kerbau selama upacara Rambu Solo' berlangsung sampai pada hari pemotongan
kerbau.
Pallawa simbuang
batu merupakan simbuang yang digunakan untuk
upacara mattinggoro’ tedong. Simbuang
ini merupakan simbuang tertua. Cirinyadapat diliaht dari batu yang masih asli,
tanpa campur tangan teknologi.
Tidak ada yang
tahu secara pasti kapan orang Toraja memulai mendirikan batu-batu simbuang,
tetapi ada yang memperkirakan sejak 300-350 tahun yang lalu seumur dengan
kuburan batu pahat atau liang pa'. Ada juga yang memperkirakan sudah lebih dari
ribuan tahun yang lalu.
9. Bori
parinding
Simbuang ini
dikenal dengan simbuang megalitikum. Bentuk simbuangnya banyak dipengaruhi oleh
teknologi. Rante yaitu tempat
upacara pemakaman secara adat yang dilengkapi dengan 100 buah menhir/megalit
yang dalam Bahasa toraja disebut Simbuang Batu. 102 bilah batu menhir yang
berdiri dengan megah terdiri dari 24 buah ukuran besar, 24 buah ukuran sedang
dan 54 buah ukuran kecil. Ukuran menhir ini mempunyai nilai adat yang sama,
perbedaan tersebut hanyalah faktor perbedaan situasi dan kondisi pada saat
pembuatan/pengambilan batu.
Megalit/Simbuang
Batu hanya diadakan bila pemuka masyarakat yang meninggal dunia dan upacaranya
diadakan dalam tingkat Rapasan Sapurandanan (kerbau yang dipotong
sekurang-kurangnya 24 ekor).
Gambar 4.9
10. gunung
nona
Gunung nona
merupakan sebuah gunung yang menyerupai alat kelamin wanita, sehingga disebut
sebagai gunung nona, menurut cerita masyarakat setempat bahwa gunung nona
merupakan sebuah kutukan kepada sepasang kekasih yang tidak direstui oleh orang
tuanya, dan kemudian lari dari kampung halamannnya. Dilereng gunung ini dulunya
merupakan sebuah sungai, dan sungai ini dijadikan sebagai jalur oleh
orang-orang teluk tongkin di dataran cina sampai ke toraja, namun ketika
orang-orang tongkin tersebut ingin kembali lagi ke daerah asalnya melalui jalur
sungai sebelumnya ternyata air sudah surut, akhirnya mereka pun menetap
didaerah toraja, dan untuk mengenang kampung halamannya dibangunlah sebuah
rumah yang kepalanya menyerupai perahu, dan inilah yang kita kenal sampai
sekarang dengan nama rumah Tongkonan.
Gambar 4.10
C. Pembahasan
Pembahasan dalam praktek lapang ini kami
mencoba mengkajihal-hal yang substansial dan membandingkan ciri pembeda setiap
loasisehingga memunculkan hal-hal yang bersifatkhas disetiaplokasi.
1.
Tongkonan
Terdapat 2 tongkonan
yang kami kunjungi dalam kesempatan
iniyaitu tongkonan Kete’kesu’ dan Tongkonan Pallawa. Jika ditinjau dari segi
umur tongkonan PAllawa lebihdulu di bangun di bandingkan kete’kesu. Hal ini
teergambar jelas dari tanduk kerbau yang terdapat didepan bangunan, jika tanduk
kerbau menandakan banyaknya dilakukan upacara kematian maka persepsi kami
benar. Fakta kedua yang menyebabkan kami menyimpulkan Pallawa lebih tua adalah
di renovasinya beberapa tongkonan di Pallaawa, sedangkan bangunan yang belum di
renovasi telah tampak tua dann mulaimelapuk. Hal tersebut tentunya menandakan
keaslian dan tuanya tongkonan tersebut.
Tongkonan kete’ kesu
dikatakan lebih muda karena lebih maju
dan modern. Maju dan modern disebabkan karena liang yang dimilikinya
lebihbervariasidan menyerupai bentuk gong, yang berarti telah menujukkan
kemajuan leluhurnya dalam berfikir.
2.
Liang/perkuburan
Dalam adat
masyarakat toraja yang menganut aluk tudolok mengenal system pemakaman
berdasarkan kasta. Mewah dan tinggiinya tempat pemakaman menandakan tingginya
strata social mereka. Strata tertinggi masyarakat Toraja adalah masyarakat yang berasal Tanah
bulang. Masyarakat dengan tanah bulang
menggunakan liang Patane dan Liang Erong yang memiliki karakteristik unik dan
terkesan mewahkarena tlah mengikuti perkembAangan zaman berupa ukiran-ukiran
unik yang memilki makna khas. Liangpatene dan Erongbanyak ditemukan di ket’
kesu’.
Perkuburan alam londa ditandaidengan liang perkuburan alam. Perkuburan ini menggunakan erong / peti.
Strata dapat dilihateti dari tinggi renahnya letak erong seseorang. Memang
ketinggian tempat menunjukkan tingginya
derajat seseorang, namun jika di kaji secara nalar hal tersebut dilakukan agar harta benda
berharga yang di Bawa mayat tersebut tidak dapat di jamah manusia
Strata social yang
kedua adalah masyarakat tanah bassi. Masyarakat
tanah bassi di temukan di Lemo dengan bentang lahan vulkanik, liang
pa’ini diperkirakan muncul ketika masyarakat mengenal besi/ bassi. masyarakat
ini menyediakan apa yangdisediakan oleh alam dengankemsmpuan yang mereka miliki.
Pada perkuburan iang pa’ inidi temukan kuburan bersalib. Hal itu menandakan
pemilik liang pa tersebut bukan penganut aluk tudolok asli. Karena kepercayaan
aluktudolok tidak bosadisamakan dengan agama apapun bak itu Kristen maupun
hindu.
Perkuburan bayi/
baby gravemerupakan peerkuburan yang khusus di buat untuk bayo yang baru
meninggal dan belum memiliki gigi. Bberapa filosofis dari perkuburan ini adalah
pelaksanaannya dilakukan di Pohon Tarra denga alasan pohon Tarra merupakan
pohon yang suci karena memiliki getah putih. Sesuci bayi yang meninggal tanpa
dosa tersebut. Perkuburan bayi ini di buat menghadap berlawanana arah dengan
rumahnya agar tidak meninggalkan kesedihan bagi orang tua yang ditinggalkan.
3.
Sejarah
toraja tegambar jelas dengan observasi museum BT. Kalando
Sejarah
tentang toraja dapat diperleh di museum BT. Kalando. Museum BT. Kalando
didirikan oleh puang samboligi. Di museum tersebut terdapat benda-benda mitos
dan bersejarah. Salah satu benda
bersejarah di temppat tersebut adalah
biji mangga sebesar batok kelapa. Pemilik biji mangga tersebut
adalahlaki padada, salah satu tokoh yang menjadi symbol kabupaten toraja.
Patung laki padada ini terdapat di kota Makale.
4. Simbuang Batu
Simbuang Batu
hanya diadakan bila pemuka masyarakat yang meninggal dunia dan upacaranya
diadakan dalam tingkat Rapasan Sapurandanan (kerbau yang dipotong
sekurang-kurangnya 24 ekor).terdapat 2 simbuang batu yang dikunjungi yaitu
simbuang batu Pallawa yang berumur lebih tua ditandai dengan batu yang masih
asli dan bertekstur kasar, serta ukuran yang sederhana. Sedangkan simbuang batu
bori parinding di buat pada zaman megalitikum(zaman Batu besar) terlihat telah
mengalami beberapa kemajuan dilihat dari bentuk dan tekstru batu yang telah
mengalami perubahan.
5. Gunung
nona
Gunung nona
merupakan sebuah gunung yang menyerupai alat kelamin wanita, sehingga disebut
sebagai gunung nona, menurut cerita masyarakat setempat bahwa gunung nona
merupakan sebuah kutukan kepada sepasang kekasih yang tidak direstui oleh orang
tuanya, dan kemudian lari dari kampung halamannnya. Dilereng gunung ini dulunya
merupakan sebuah sungai, dan sungai ini dijadikan sebagai jalur oleh
orang-orang teluk tongkin di dataran cina sampai ke toraja, namun ketika
orang-orang tongkin tersebut ingin kembali lagi ke daerah asalnya melalui jalur
sungai sebelumnya ternyata air sudah surut, akhirnya mereka pun menetap
didaerah toraja, dan untuk mengenang kampung halamannya dibangunlah sebuah
rumah yang kepalanya menyerupai perahu, dan inilah yang kita kenal sampai
sekarang dengan nama rumah Tongkonan.
BAB
V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari
penelitian ini maka dapat di tarik kesimpulan bahwa :
1. Sejarah mengenai asal usul toraja dibagi menjadi 2
yaitu to riaja yang artinya dataran
tinggi dan tau raja artiyna raja-raja
2. Selain
kebudayaannya juga tempat wisata yang ada di daerah tersebut, objek wisata di
daerah tersebut berbeda-beda keunikannya seperti halnya Kete’kesu kental dengan
rumah Tongkonannya dan tempat kuburan sedangkan di Pallawa hanya rumah
tongkonannya.
3. Kabupaten
Tana Toraja memiliki didominasi oleh dua jenis bentang lahan yaitu bentanglahan
vulkanik dan bentang lahan karst, dan haal inilah yang menyebabkan terjadinya
perbedaan prosesi perkuburan/ liang di
setiap lokasi penelitian
4. Prosesi
upacara kematian harus mengurbankan beberapa ekor kerbau dan babi bergantung
dari strata orang yang meninggal. Dan
tempat menjual beli hewan kurban yang
paling ramai ditemukan di pasar bolu rantepao
5. Simbuang
batu yang digunakan untuk mattinggoro’
tedong mengalami kemajuan pada zaman megalitikum dimana batuannya telah di ukir
6. Gunung
nona terletak di enrekang, kononkatanya terbentuknya gunung nona ini karena
adanya kutukan terhadap bangsa proto melayu
B. SARAN
Adapun saran yang bisa menjadi indikator untuk
titik temu dari kebenaran yang sebenarnya adalah :
1. Pemerintah sebaiknya lebih memperhatikan
kelestarian budayanya, agar budaya-budaya itu masih tetap selalu ada tidak
hilang dari masyarakat Tana toraja
2. Meningkatkan kemampuan penduduk dalam
mengelolah sarana pariwisata yang ada sehingga dapat menyerap tenaga kerja dan
meningkatkan pendapatan penduduk yang memadai
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim, 2009, Objek
Wisata Tana Toraja, hhtp//www.objekwisatatanatoraja.com
Maulanusantara.
2007. Ketegangan Budaya Nenek Moyang
& Agama dalam Masyarakat Toraja. http://www.forumteologi.com. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2009.